Aku hanya tertunduk malu di hadapan pak guru, aku
takut jika dia tau aku hari ini datang terlambat. Nanti dia akan melaporkan
kejadian ini kepada orangtuaku, bahwa aku hari ini terlambat datang ke sekolah.
Uhh ku merasa sangat malu, aku berusaha keras menutupi wajah aku agar tidak
terlihat olehnya dengan selalu berlindung di belakang barisan teman-temanku
dari kelas lain. Namun apa daya, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan
terjatuh juga.
Satu demi satu kami maju untuk diperiksa. Aku berada
di tengah barisan dibawah teriknya matahari, setelah lapisan
barisan depan selesai diperiksa
dan tibalah giliranku. Aduh…. hatiku
gemetar tak karuan membayangkan mendapat semprotan atau entah apa dari pak
guru. Gelisahku kian terasa memberatkan langkah ini maju ke depan. Apalagi Pak
guru yang satu ini adalah sahabat ayahku. Aku malu, leherku hanya tertekuk
dengan perasaan takut bercampur malu. Tak ada yang kuperhatikan yang lain yang
ada di sekitarku. Aku menunduk sedalam-dalamnya menyembunyikan wajahku. Namun saat pak guru tepat di depanku, dengan terpaksa aku harus mengngkat
wajahku.
Pada saat Pak Doni melihatku dia langsung berkata ” Ehh
kamu Amel? “ tanyanya dengan penasaran.
Aku sungguh takut dan malu di hadapannya. Dengan nada yang rendah dan
malu aku menjawab “Iya
Pak” Sungguh aku ingin segera berlalu dari keadaan yang menekanku ini. Entah
warna wajahku sudah seperti apa, aku tidak mau
membayangkannya.
“ Kenapa
kamu terlambat? ” Tanya Pak Doni sambil maju mendekatiku
sambil menatapku dengan lekat dan wajah yang penuh amarah . Aku tak sanggup menatap wajahnya. Bukan karena
wajahnya yang menyeramkan, tapi saat ini sungguh aku merasa sangat bersalah
dengan keterlambatan ini. Aku hanya tertunduk menatapi ujung sepatunya.
“Tadi
pagi aku telat bangun Pak, terus cuaca lagi mendung aku kira masih setengah
tujuh Pak”
“Makanya
jangan sampai larut malam begadang begini nih jadinya.”
“Iya
Pak, Maafkan aku. Ini baru pertama kali aku terlambat, besok pasti aku tidak
terlambat lagi, lagian tugas-tugas kita kan banyak, hari ini hanya kebetulan Pak”
jawabku degan nada pelan.
“Oke,
masuklah lain kali jika kamu telambat lagi hukumannya lebih berat dari pada
hari ini.”
“ Iya
Pak!”
Aku, Kevin, dan Desta memasuki kelas bersama karena aku bertiga terlambat.
Dengan melangkah pelan-pelan aku mengetuk pintu sambil mengucapkan “
Assalamualaikum” Pak guru yang lagi mengajar pada saat itu langsung menjawab “Waalaikumsalam,
kenapa baru datang?” dia bertanya pada kami bertiga. Aku, Kevin, dan Desta menjawab “Kami tadi terlambat pak jadi kami
dihukum di lapangan” kami menjawab dengan malu-malu. “ Sudah cepat kalian masuk
ke dalam” kami masuk dan duduk dibangku masing-masing, pelajaran yang
sempat terhenti karna keterlambatan aku dan teman-teman lainnya dan pelajaran kembali dilanjutkan seperti semula.
Duh sungguh ini membuat hatiku merasakan penyesalan.
Mengapa aku sering mengabaikan peringatan mama dan papa jika sudah asyik
menonton tv usai mengerjakan PR. Padahal tentu saat itu malam sudah mulai
larut.
Tuk…tuk…tuk…
suara pintu kamarku yang diketuk kemudian dilanjutkan dengan suara wanita “ Amel…Amel…Amel…
bangun Nak sudah pagi” dengan suara lembut dan aku tahu suara itu adalah suara
wanita yang aku akungi yaitu mama aku. Tak lama kemudian suara itu muncul lagi
” Tuk…tuk…tuk… Amel…Amel…Amel… bangun nak sudah setengah tujuh” kali ini
suaranya lebih keras dari yang pertama, ini pertanda bahwa dia sudah naik darah
membangunkanku. Aku menjawab dengan suara ngantuk “Iya Ma…” mamaku pun memjawab
“Cepet bangun sudah setengah tujuh nih” tanpa basa-basi aku langsung bangun
dari tidurku dan melangkah keluar dari kamarku sambil menggosok-gosokkan mata
aku melangkah mengambil air wudhu kemudian sholat, setelah aku sholat aku
langsung menuju kamar mandi untuk mandi. Aku mandi secepat kilat takut terlambat.
Aku mulai berpakaian setelah menyadari jilbab yang
ingin aku gunakan kesekolah itu kusut, jadi saja keluar dari kamar pergi
menyetrika jilbab. Setibanya disekolah aku melihat orang-orang di loby sudah
antri berbaris. Aku tahu dia semua pasti terlambat. Aku berlari dengan sangat
cepat berlari dibawah terik matahari yang menandakan aku sangat terlambat hari
ini. Namun kali ini aku baruntung karena Pak Doni teman ayah
aku sudah tidak berada di loby,
dia sudah masuk mengajar. Walaupun pak doni tidak berada di
loby tetap saja nama aku tercatat.
Aku
berbaring setelah kembali dari sekolah aku, aku termenung memikirkan beberapa
hari ini aku terlambat ke sekolah. Aku takut mendapatkan poin sehingga nantinya
orang tua aku dipanggil. Kuberinisiatif untuk menyalakan alarm aku, agar aku
bangun lebih cepat. Aku merebahkan tubuh dengan perasaan lebih legah. Sungguh aku
tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.
Sungguh
aku sangat kelelahan dengan berbagai aktvitas sehingga tertidur lebih cepat dan
sangat nyenyak. Ketika aku terbangun aku langsung melihat ke arah jendela
ternyata sudah terang. Kok alarmku tidak berbunyi…? Aduh kuperiksa Hand Phone-ku,
au……! ternyata lowbat. Aku jadi panik
seketika dan cepat-cepat pergi mandi, pakaian, sarapan. Serasa semuanya harus
dipersingkat agar cepat tiba di sekolah.
Aku melihat ke arah jam ternyata masih jam tujuh, aku
gembira karena aku kali ini tidak terlambat berangkat ke sekolah, tetapi ketika
aku hendak memakai sepatu aku tidak melihat di mana sebelah kaus kakiku. Aku
semakin panik rasanya. Entah sudah berapa kali aku melihat ke jam dinding
sambil berbolak balik.
Aku mencari-cari kos kaki di dalam rumah. Hampir seluruh penjuru rumah telah
kuperiksa, beberapa menit kemudian aku dapat kos kaki aku,
tapi Cuma sebelah. Aku lalu mencarilagi pasangan sepatu aku. Aku sempat
merepotkan seluruh oarang yang ada di rumahku. Akhirnya yang menemukan pasangan
kaus kakiku yaitu ayahku, aku
menghembuskan nafas dengan lega. Dan secepatnya aku
memasang sepatuku agar tida terlambat ke sekolah.
Sampai
di depan sekolah aku tidak melihat satu seorang pun antri aku gembira aku tidak
terlambat. Aku sangat bersyukur dan lega. Tapi aku sempat
bingung kenapa tidak ada siswa yang berada di loby, namun semua gerbang
tertutup. Ternyata kenyataannya
Cuma aku yang terlambat hari ini. Pak Doni sudah menunggu siswa yang sering
terlambat di loby. Ketika sampai di depan Pak Doni tanpa basa-basi Pak Doni
lansung bertanya “ Amel kenapa kamu terlambat lagi?” aku menjawab dengan nada
yang sangat takut “ aku tadi mencari kaus kaki aku sebelah pak”
pak doni sudah marah.
“Amel..Amel
kamu tidak boleh masuk
sebelum kamu berjanji pada aku bahwa kamu tidak akan terlambat lagi datang
kesekolah”
“ iya
Pak”
“ iya
apa?”
“ Aku berjanji
tidak akan terlambat lagi datang kesekolah Pak ” jawab ku dengan nada gugup karena
aku tidak tahu dapatkah aku menepati janji tersebut.
“Bagus, ingat kamu sudah
berjanji dan janji itu harus ditepati, lain kali jangan terlambat lagi, cepat masuk” kata pak
guru dengan
nada yang tegas sambil
menatapku dengan serius.
Aku masuk melalui loby dan menuju ke ruangan kelas aku
yang paling belakang sudut kiri. Sejuta penyesalan rasanya memberatkan hatiku
saat ini.
Kini aku
harus
berinisiatif agar tidak
tergantung lagi oleh
siapapun dan apapun. Dan aku teringat dengan kata seseorang agar mensugesti
diri sendiri. Ketika aku mau tidur aku mengsugesti diri aku agar bangun ketika
suara azan di mesjid lalu membaca do’a tidur. Dan hasilnya tidak sia-sia aku
terbangun ketika azan subuh.
Aku
melangkah ke sekolah dengan gembira karena aku tidak terlambat. Angin yang
berhebus sejuk, sesejuk hatiku hari ini. “Guten Morgen Frau” aku menyapa guru
bahasa Jerman ku, dia pun tersenyum dan menyapa kembali “Morgen Amel, wah kamu
sadah tidak terlambat lagi bagus” aku pun tersenyum padanya “Iya Bu, aku ke
kelas dulu Bu.”
Beberapa
teman menyapaku dengan senyuman dicampur dengan rasa heran karena aku sudah
berada di sekolah pagi-pagi begini. Marsya bertanya pada aku “ kamu mimpi apa
semalam?” aku tersenyum kepadanya dan menjawabnya “ aku tadi malam memimpikan
kamu hahahaha”. Pak Doni lewat di depan kelas aku aku langsung pergi
mendekatinya lalu salim. “Bagus, kamu sudah menepati janjimu” kata Pak Doni. Aku
sangat gembira.
____________Selesai__________