Monday, September 29, 2014

Terlambat



Aku hanya tertunduk malu di hadapan pak guru, aku takut jika dia tau aku hari ini datang terlambat. Nanti dia akan melaporkan kejadian ini kepada orangtuaku, bahwa aku hari ini terlambat datang ke sekolah. Uhh ku merasa sangat malu, aku berusaha keras menutupi wajah aku agar tidak terlihat olehnya dengan selalu berlindung di belakang barisan teman-temanku dari kelas lain. Namun apa daya, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh juga.
Satu demi satu kami maju untuk diperiksa. Aku berada di tengah barisan dibawah teriknya matahari, setelah lapisan  barisan depan  selesai diperiksa dan  tibalah giliranku. Aduh…. hatiku gemetar tak karuan membayangkan mendapat semprotan atau entah apa dari pak guru. Gelisahku kian terasa memberatkan langkah ini maju ke depan. Apalagi Pak guru yang satu ini adalah sahabat ayahku. Aku malu, leherku hanya tertekuk dengan perasaan takut bercampur malu. Tak ada yang kuperhatikan yang lain yang ada di sekitarku. Aku menunduk sedalam-dalamnya menyembunyikan wajahku. Namun saat pak guru tepat di depanku, dengan terpaksa aku harus mengngkat wajahku.
Pada saat Pak Doni melihatku dia langsung berkata ” Ehh kamu Amel? “ tanyanya dengan penasaran.  
Aku sungguh takut dan malu di hadapannya. Dengan  nada yang rendah dan malu aku menjawab “Iya Pak” Sungguh aku ingin segera berlalu dari keadaan yang menekanku ini. Entah warna wajahku sudah seperti apa, aku tidak mau membayangkannya.
            “ Kenapa kamu terlambat? ” Tanya Pak Doni sambil maju mendekatiku sambil menatapku dengan lekat dan wajah yang penuh amarah . Aku tak sanggup menatap wajahnya. Bukan karena wajahnya yang menyeramkan, tapi saat ini sungguh aku merasa sangat bersalah dengan keterlambatan ini. Aku hanya tertunduk menatapi ujung sepatunya.
            “Tadi pagi aku telat bangun Pak, terus cuaca lagi mendung aku kira masih setengah tujuh Pak”
            “Makanya jangan sampai larut malam begadang begini nih jadinya.”
            “Iya Pak, Maafkan aku. Ini baru pertama kali aku terlambat, besok pasti aku tidak terlambat lagi, lagian tugas-tugas kita kan banyak, hari ini hanya kebetulan Pak” jawabku degan nada pelan. 
            “Oke, masuklah lain kali jika kamu telambat lagi hukumannya lebih berat dari pada hari ini.”
            “ Iya Pak!”
            Aku, Kevin, dan Desta memasuki kelas bersama karena aku bertiga terlambat. Dengan melangkah pelan-pelan aku mengetuk pintu sambil mengucapkan “ Assalamualaikum” Pak guru yang lagi mengajar pada saat itu langsung menjawab “Waalaikumsalam, kenapa baru datang?” dia bertanya pada kami bertiga. Aku, Kevin, dan Desta menjawab “Kami tadi terlambat pak jadi kami dihukum di lapangan” kami menjawab dengan malu-malu. “ Sudah cepat kalian masuk ke dalam” kami masuk dan duduk dibangku masing-masing, pelajaran yang sempat terhenti karna keterlambatan aku dan teman-teman lainnya dan pelajaran kembali dilanjutkan seperti semula.
Duh sungguh ini membuat hatiku merasakan penyesalan. Mengapa aku sering mengabaikan peringatan mama dan papa jika sudah asyik menonton tv usai mengerjakan PR. Padahal tentu saat itu malam sudah mulai larut.
            Tuk…tuk…tuk… suara pintu kamarku yang diketuk kemudian dilanjutkan dengan suara wanita “ Amel…Amel…Amel… bangun Nak sudah pagi” dengan suara lembut dan aku tahu suara itu adalah suara wanita yang aku akungi yaitu mama aku. Tak lama kemudian suara itu muncul lagi ” Tuk…tuk…tuk… Amel…Amel…Amel… bangun nak sudah setengah tujuh” kali ini suaranya lebih keras dari yang pertama, ini pertanda bahwa dia sudah naik darah membangunkanku. Aku menjawab dengan suara ngantuk “Iya Ma…” mamaku pun memjawab “Cepet bangun sudah setengah tujuh nih” tanpa basa-basi aku langsung bangun dari tidurku dan melangkah keluar dari kamarku sambil menggosok-gosokkan mata aku melangkah mengambil air wudhu kemudian sholat, setelah aku sholat aku langsung menuju kamar mandi untuk mandi. Aku mandi secepat  kilat takut terlambat.
Aku mulai berpakaian setelah menyadari jilbab yang ingin aku gunakan kesekolah itu kusut, jadi saja keluar dari kamar pergi menyetrika jilbab. Setibanya disekolah aku melihat orang-orang di loby sudah antri berbaris. Aku tahu dia semua pasti terlambat. Aku berlari dengan sangat cepat berlari dibawah terik matahari yang menandakan aku sangat terlambat hari ini. Namun kali ini aku baruntung karena Pak Doni teman ayah aku sudah tidak berada di loby, dia sudah masuk mengajar. Walaupun pak doni tidak berada di loby tetap saja nama aku tercatat.
            Aku berbaring setelah kembali dari sekolah aku, aku termenung memikirkan beberapa hari ini aku terlambat ke sekolah. Aku takut mendapatkan poin sehingga nantinya orang tua aku dipanggil. Kuberinisiatif untuk menyalakan alarm aku, agar aku bangun lebih cepat. Aku merebahkan tubuh dengan perasaan lebih legah. Sungguh aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.
            Sungguh aku sangat kelelahan dengan berbagai aktvitas sehingga tertidur lebih cepat dan sangat nyenyak. Ketika aku terbangun aku langsung melihat ke arah jendela ternyata sudah terang. Kok alarmku tidak berbunyi…? Aduh kuperiksa Hand Phone-ku, au……! ternyata lowbat. Aku jadi panik seketika dan cepat-cepat pergi mandi, pakaian, sarapan. Serasa semuanya harus dipersingkat agar cepat tiba di sekolah.
Aku melihat ke arah jam ternyata masih jam tujuh, aku gembira karena aku kali ini tidak terlambat berangkat ke sekolah, tetapi ketika aku hendak memakai sepatu aku tidak melihat di mana sebelah kaus kakiku. Aku semakin panik rasanya. Entah sudah berapa kali aku melihat ke jam dinding sambil berbolak balik. Aku mencari-cari kos kaki di dalam rumah. Hampir seluruh penjuru rumah telah kuperiksa, beberapa menit kemudian aku dapat kos kaki aku, tapi Cuma sebelah. Aku lalu mencarilagi pasangan sepatu aku. Aku sempat merepotkan seluruh oarang yang ada di rumahku. Akhirnya yang menemukan pasangan kaus kakiku yaitu ayahku, aku menghembuskan nafas dengan lega. Dan secepatnya aku memasang sepatuku agar tida terlambat ke sekolah.
            Sampai di depan sekolah aku tidak melihat satu seorang pun antri aku gembira aku tidak terlambat. Aku sangat bersyukur dan lega. Tapi aku sempat bingung kenapa tidak ada siswa yang berada di loby, namun semua gerbang tertutup. Ternyata kenyataannya Cuma aku yang terlambat hari ini. Pak Doni sudah menunggu siswa yang sering terlambat di loby. Ketika sampai di depan Pak Doni tanpa basa-basi Pak Doni lansung bertanya “ Amel kenapa kamu terlambat lagi?” aku menjawab dengan nada yang sangat takut “ aku tadi mencari kaus kaki aku sebelah pak” pak doni sudah marah.
            “Amel..Amel kamu tidak boleh masuk sebelum kamu berjanji pada aku bahwa kamu tidak akan terlambat lagi datang kesekolah”
            “ iya Pak”
            “ iya apa?”
“ Aku berjanji tidak akan terlambat lagi datang kesekolah Pak ” jawab ku dengan nada gugup karena aku tidak tahu dapatkah aku menepati janji tersebut.
“Bagus, ingat kamu sudah berjanji dan janji itu harus ditepati, lain kali jangan terlambat lagi, cepat masuk” kata pak guru dengan nada yang tegas sambil menatapku dengan serius.
Aku masuk melalui loby dan menuju ke ruangan kelas aku yang paling belakang sudut kiri. Sejuta penyesalan rasanya memberatkan hatiku saat ini.
            Kini aku harus berinisiatif agar tidak tergantung lagi oleh siapapun dan apapun. Dan aku teringat dengan kata seseorang agar mensugesti diri sendiri. Ketika aku mau tidur aku mengsugesti diri aku agar bangun ketika suara azan di mesjid lalu membaca do’a tidur. Dan hasilnya tidak sia-sia aku terbangun ketika azan subuh.
            Aku melangkah ke sekolah dengan gembira karena aku tidak terlambat. Angin yang berhebus sejuk, sesejuk hatiku hari ini. “Guten Morgen Frau” aku menyapa guru bahasa Jerman ku, dia pun tersenyum dan menyapa kembali “Morgen Amel, wah kamu sadah tidak terlambat lagi bagus” aku pun tersenyum padanya “Iya Bu, aku ke kelas dulu Bu.”
            Beberapa teman menyapaku dengan senyuman dicampur dengan rasa heran karena aku sudah berada di sekolah pagi-pagi begini. Marsya bertanya pada aku “ kamu mimpi apa semalam?” aku tersenyum kepadanya dan menjawabnya “ aku tadi malam memimpikan kamu hahahaha”. Pak Doni lewat di depan kelas aku aku langsung pergi mendekatinya lalu salim. “Bagus, kamu sudah menepati janjimu” kata Pak Doni. Aku  sangat gembira.

____________Selesai__________

No comments:

Post a Comment

MODUL AJAR IPA KELAS VIII

PDF