dwahhh gimana nihh guys apakah kalian sudah mempersiapkan diri buat Body??? Body adalah singkatan dari biologi open day yang diadakan oleh jurusan Biologi Universitas Negeri Makassar (UNM) dalam event ini ada beberapa lomba yaitu : Olimpiade (SD, SMP, SMA)
Akustik
LKTI (mahasiswa)
Bio Recyle
Storry Telling
Debat
Journalism
Lombanya itu diadakan besok Rabu, 19 Oktober 2016 di Universitas Negeri Makassar kampus parangtambung. Event nasional ini akan di hadiri beberapa universitas di indonesia, pokoknya dalam event ini sangat seru apalagi tersedia stand prodi yg bisa di kunjungi ada gemes dan souvenir pokoknya ngak ikut pasti nyesal. Buruan daftarkan sekolah/ universitas kaian guys. #AyoIkutBody 2016
Berbagi praktik baik dan tugas-tugas yang telah dibuat selama PPG Prajabatan, semoga dapat menjadi referensi untuk menyelesaikan study
Monday, October 17, 2016
BODY 2016
Jenis-jenis Majas
Majas perbandingan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan
- Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh: Perjalanan
hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang
kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan
yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
- Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
- Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".
Contoh:
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.
- Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
- Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
- Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
- Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
- Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
- Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
- Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
- Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh:
Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
- Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
Contoh:
Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
- Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
- Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
- Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh:Sejak
kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
- Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh:
Indonesia bertanding voli melawan Thailand.
- Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh:
Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
- Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
- Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh:
Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
- Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
- Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
- Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Contoh:
Kita bermain ke rumah Ina.
- Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
- Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Majas sindiran
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran
- Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh:
Suaramu merdu seperti kaset kusut.
- Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
- Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh:
Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
- Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
- Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan
- Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
- Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
Saya naik tangga ke atas.
- Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
- Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
- Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
- Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
- Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
- Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
- Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
- Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
- Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
- Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
- Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
- Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
- Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
- Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
- Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
- Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
- Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
- Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
- Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
- Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
- Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
- Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
- Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan
- Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
- Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.
- Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
- Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
- Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
KD 3.5 Mengevaluasi teks pantun
KD
3.5 Mengevaluasi teks pantun
Aspek
|
Rincian
|
|
|||
Kurang D (10)
|
Cukup C (15)
|
Baik B (20)
|
Amat baik A (25)
|
||
Isi
|
Selaras dengan tema, mengandung pesan,
harapan aktual dan berguna sesuai dengan jenisnya utuh dan tuntas
|
|
|
|
|
Diksi dan Gaya Bahasa
|
Mencerminkan kekayaan,
Pembendaharaan kata, bervariatif dan
sesuai konteks. Menggunakan kata kiasan, unik, simbolis, bergaya bahasa
secara variatif
|
|
|
|
|
Rima
|
Berima sesuai criteria, terpola secara
teratur, berima secara variatif
|
|
|
|
|
Struktur Baris dan Bait
|
Tersusun sesuai aturan. Terpola secara
teratur dan konsisten
|
|
|
|
|
KD
Pantun
1
Ø Jenis
pantun : Pantun
berkasih kasihan
Ø Berdasarkan
isi :
Ø Makna
:
Ø Struktur
kebahasaan pada pantun :
·
Struktur pantun : :: Menggunakan persajakan a-b-a-b
::
Pantun tersebut terdiri dari 4 larik atau 4 baris
:: Satu larik pantun
terdiri atas 4-6 kata dan 8-14 suku kata
·
Struktur fisik : ::
Diksi (pilihan kata) :
Tepat dan selaras dalam
penggunaannya sehingga membuat
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak
menyalah artikan apa yang akan disampaikan.
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak
menyalah artikan apa yang akan disampaikan.
:: Rima/ritme :
Menghasilkan
rima yang indah karena bersajak a-b-a-b
Ø Imaji : Imaji
yang dilukiskan pada pantun tersebut adalah imaji taktil
(merasakan) dan imaji visual (melihat). Imaji taktil terdapat pada
larik pertama dan kedua. Sedangkan imaji visual terdapat pada
larik ke tiga dan empat
(merasakan) dan imaji visual (melihat). Imaji taktil terdapat pada
larik pertama dan kedua. Sedangkan imaji visual terdapat pada
larik ke tiga dan empat
Ø Kiasan
:
Pada pantun pertama tersebut tidak terdapat kiasan, sehingga
pembaca mudah mengerti terhadap apa yang disampaikan.
pembaca mudah mengerti terhadap apa yang disampaikan.
Pantun
2
Ø Jenis
pantun : Pantun
Ø Berdasarkan
isi :
Ø Makna
:
Ø Struktur
kebahasaan pada pantun :
·
Struktur pantun : :: Menggunakan persajakan a-b-a-b
::
Pantun tersebut terdiri dari 4 larik atau 4 baris
:: Satu larik pantun
terdiri atas 4 kata dan 9-11 suku kata
·
Struktur fisik : ::
Diksi (pilihan kata) :
Tepat dan selaras dalam
penggunaannya sehingga membuat
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak
menyalah artikan apa yang akan disampaikan.
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak
menyalah artikan apa yang akan disampaikan.
:: Rima/ritme :
Menghasilkan
rima yang indah karena bersajak a-b-a-b
Ø Imaji : Imaji
yang dilukiskan pada pantun tersebut adalah imaji visual
(melihat) dan imaji taktil (merasakan). Imaji visual terdapat pada
larik pertama dan kedua. Sedangkan imaji taktil terdapat pada
larik ke tiga dan empat
(melihat) dan imaji taktil (merasakan). Imaji visual terdapat pada
larik pertama dan kedua. Sedangkan imaji taktil terdapat pada
larik ke tiga dan empat
Ø Kiasan
:
Pada pantun pertama tersebut tidak terdapat kiasan, sehingga
pembaca mudah mengerti terhadap apa yang disampaikan.
pembaca mudah mengerti terhadap apa yang disampaikan.
Pantun
Ø Jenis
pantun : Pantun
Ø Berdasarkan
isi :
Ø Makna
:
Ø Struktur
kebahasaan pada pantun :
·
Struktur pantun : :: Menggunakan persajakan a-b-a-b
::
Pantun tersebut terdiri dari 4 larik atau 4 baris
:: Satu larik pantun
terdiri atas kata dan suku kata
·
Struktur fisik : ::
Diksi (pilihan kata) :
Tepat dan selaras dalam
penggunaannya sehingga membuat
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak
menyalah artikan apa yang akan disampaikan.
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak
menyalah artikan apa yang akan disampaikan.
:: Rima/ritme :
Menghasilkan
rima yang indah karena bersajak a-b-a-b
Ø Imaji :
Ø Kiasan
:
Pada pantun pertama tersebut tidak terdapat kiasan, sehingga
pembaca mudah mengerti terhadap apa yang disampaikan.
pembaca mudah mengerti terhadap apa yang disampaikan.
KD
3.2 Membandingkan Teks Pantun Dengan Tak Sejenis
Perbedaan dan persamaan
Pantun dengan Syair.
v Perbedaan
Perbedaan
|
Pantun
|
Syair
|
Jumlah bait
|
Satu bait cukup
|
Lebih dari satu
bait
|
Isi
|
Terdapat pada
baris ke tiga dan ke empat
|
Dalam satu bait
semuanya isi
|
Sampiran
|
Terdapat pada
baris pertama dan kedua
|
Dalam satu bait
dalam satu bait tidak ada sampiran
|
Rima akhir
|
Bersajak a-b-a-b
|
Bersajak
a-a-a-a, i-i-i-i
|
Aturan
|
Terikat oleh
aturan
|
Tidak terikat
oleh aturan
|
v Persamaan
Persamaan
|
Pantun
|
Syair
|
Jumlah baris dalam satu bait
|
4 baris
|
4 baris
|
Jumlah kata
|
4-5 kata
|
4-5 kata
|
Jumlah suku kata
|
8-12 suku kata
|
8-12 suku kata
|
Perbedaan dan persamaan
Pantun dengan Gurindam.
v Perbedaan
Perbedaan
|
Pantun
|
Gurindam
|
Sampiran
|
Memiliki
sampiran
|
Tidak memiliki
sampiran
|
Jumlah kata
|
4-5 kata
|
Tidak terikat
|
v Persamaan
Persamaan
|
Pantun
|
Gurindam
|
Jumlah baris
|
2 baris dalam satu bait
|
2 baris dalam satu bait
|
Rima akhir
|
a-a
|
a-a
|
KD
4.4 MENGABSTRAKSIKAN TEKS PANTUN
1.
Abstraksi “Syair Nyanyian Anak”
Sebuah
syair dari sumatera utara yang berisi tentang cerita secara runtut seorang
anak. Berawal dari pertemuan orang tuanya, kemudian proses kelahiran yang
mencerminkan jiwa dan nilai pengorbanan seorang ibu, harapan akan ayah yang
bekerja keras dan selalu mendoakannya, dimulai saat ayah mengadzani anaknya
saat anaknya lahir. Pada syair ini dadapat banyak nilai luhur khususnya
bagaimana sang orang tuanya berdoa dan berharap sang anak akan menjadi anak
yang berbakti dan jujur dalam melangkah.
2.
Abstraksi “ Syair Burung Nuri ”
Pada
cerita ini terkisahkan sebuah cinta yang terjadi pada waktu yang tidak tepat.
Hal ini direpresebtasikan oleh burung nuri yang merupakan cerminan dari seorang
istri pejabat yang jatuh cinta pada seorang pemuda. Bahkan pada saat suruhan
pemuda itu datang dan menyampaikan maksud agar kisah percintaan ini tidak
diteruskan, si istri pejabat ini makin tidak terkendalikan hasratnya pada
pemuda itu. Kisah ini menampilkan bagaimana kondisi adat dan norma setempat
lebih berjalan ketimbang perasaan pribadi dari orang tersebut.
3.
Abstraksi “Gurindam Dua Belas”
Mengenai
12 pesan untuk menjalani kehidupan secara tentram dan aman. Dengan berpatokan
dengan nilai agama dan adat setempat.
Syair ini juga memberikan arahan bagaimana seseorang secara pribadi dan
juga berperan sebagai pemimpin dapat menjalankan tugasnya dengan lancar.
4.
Abstraksi “Hujan Bulan Juni”
Menggambarkan
bagaimana manusia sebagai makhluk yang memiliki sisi kemenusiawi yang berusaha
memanfaatkan semua sisi yang dimilikinya. Termasuk dalam hal mencintai dan
mengekspresikan diri.
KD
3.5 Mengevaluasi Teks Pantun
1.
Kuda perang berpacu kencan,
Kuda beban berjalan pelan.
Maafkan aku berteriak lantang,
Mohon maafkan segala kesalahan.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Fungsi sampiran pada pantun tersebut
menyampaikan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah karena
memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut adalah
seseorang yang memohon maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukannya.
2.
Bunga kenanga di atas kubur,
Pucuk sari pandan Jawa.
Apa guna sombong dan takabur,
Rusak hati badan binasa.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Fungsi sampiran pada pantun tersebut
menyampaikan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks pantun
yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah karena
memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut adalah orang
sombong dan takabur tidak ada gunanya, hanya membuat dirinya tersiksa karena
dijauhi oleh banyak orang.
3.
Asam kandis asam gelugur,
Ketiga asam si riang-riang.
Menangis mayat di pintu kubur,
Teringat badan tidak sembahyang.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Fungsi sampiran pada pantun tersebut
menyampaikan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah
karena memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut adalah orang
yang tidak beribadah atau solat sama semasa hidupnya maka akan disiksa dan
menangis dialam kubur.
4.
Buah langsat kuning cerah,
Keduduk tidak berbunga lagi.
Sudah dapat gading bertuah,
Tanduk tidak berguna lagi.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Dalam pantun tersebut, memiliki rima yang
seirama tapi isi dan pantun tersebut memakai peribahasa sehingga memberikan
makna secara tidak langsung.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah
karena memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut adalah
seseorang yang telah mendapatkan yang lebih baik dalam hidupnya, tidak akan
mempertahankan sesuatu yang kurang baik sebelumnya.
5.
Berburu kepadang datar,
Dapat rusa belang kaki.
Berguru kepalang ajar,
Bagai bunga kembang tak jadi.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Dalam pantun tersebut, memiliki rima yang
seirama tapi isi dan pantun tersebut memakai peribahasa sehingga memberikan
makna secara tidak langsung.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah
karena memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut adalah orang
yang tidak mempunyai tingkah laku yang baik atau tidak sopan dalam mencari
ilmu.
6.
Embacang masak mempelam manis,
Makanan anak bidadari.
Bintang terisak bulan menangis,
Hendak bertemu si matahari.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Dalam pantun tersebut, memiliki rima yang
seirama tapi isi dan pantun tersebut memakai peribahasa sehingga memberikan
makna secara tidak langsung.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah
karena memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut, ada sepasang
kekasih yang ingin melanjutkan hubungan asramanya kejenjang yang lebih jauh
lagi, tapi ada masalah diantara percintaan mereka.
7.
Pokok pakis tumbuh di hutan,
Tumbang melepa di atas duri.
Pulau menangis kering lautan,
Ikan juga menghempas diri.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Dalam pantun tersebut, memiliki rima yang
seirama tapi isi dan pantun tersebut memakai peribahasa sehingga memberikan
makna secara tidak langsung.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah
karena memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut yaitu,
lingkungan yang rusak atau baik di daratan maupun di lautan, sehingga makhluk
yang hidup di sekitarnya musnah.
8.
Kemumu di dalam semak,
Jatuh melayang seleranya.
Mesti ilmu setinggi tegak,
Tidak sembahyang apa gunanya.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Fungsi sampiran pada pantun tersebut
menyampaikan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah
karena memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut adalah ilmu
pengetahuan yang tidak didasari oleh iman akan menimbulkan kerusakan.
9.
Mari kita mencari zaitun,
Tiada zaitun pinang pun jadi.
Tanjung pinang negeri pantun,
Indah permai cantik berseri.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Dalam pantun tersebut, memiliki rima yang
seirama tapi isi dan pantun tersebut memakai peribahasa sehingga memberikan
makna secara tidak langsung.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah
karena memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun tersebut yaitu, tanjung
pinang dikenak sebagai negeri pantun karena orang-orang pandai berpantun dengan
indah.
10.
Kalau mengail di lubuk dangkal,
Dapat ikan penuh seraga.
Kalau kail panjang sejengkal,
Jangan laut jangan diduga.
a.
Dalam pantun tersebut, sampiran dan isi
tidak berkaitan, sampiran hanya berfungsi menyampaikan maksud selain
mengantarkan rima saja.
b.
Dalam pantun tersebut, memiliki rima yang
seirama tapi isi dan pantun tersebut memakai peribahasa sehingga memberikan
makna secara tidak langsung.
c.
Tentu saja sudah memiliki rima teks
pantun yang ideal, dan apabila dilantunkan akan menghasilkan ritme yang indah
karena memiliki rima yang bersajak a-b-a-b.
d.
Makna dari pantun ini yaitu, jika ilmunya
sedikit jangan berharap mendapat hasil yang memuaskan.
KD
3.3 Menganalisis Teks Pantun
No.
|
Teks pantun
|
Klasifikasi Pantun
|
|
1.
|
Burung
nuri burung dara,
Terbang
ke sisi taman kayangan.
Cobalah
cari wahai saudara,
Makin
diisi makin ringan.
|
9
|
Pantun nasihat
|
2.
|
Elok
rupanya kumbang janti,
Dibawa
itik pulang petang.
Tidak
berkata besar hati,
Melihat
ibu sudah datang.
|
2
|
Pantun suka cita
|
3.
|
Asam
kandis asam gelugur,
Ketiga
asam riang-riang..
Menangis
mayat di pintu kubur,
Teringat
badan tidak sembahyang.
|
10
|
Pantun jenaka
|
4.
|
Batu
dibancah jangan diungkit,
Kalau
diungkit kayunya tumbang.
Lebih
parah daripada sakit,
Karena
kekasih diambil orang.
|
1
|
Pantun teka-teki
|
5.
|
Kalau
merumput dahan dikerat,
Siapkan
lidi buang miangnya.
Kalau
menjemput degan adat,
Pulangkan
balik dengan lembaga.
|
7
|
Pantun nasib
|
6.
|
Burung
gelatik burung tekukur,
Ketiga
dengan burung elang.
Adik
cantik berbudi luhur,
Membuat
hamba mabuk kepayang.
|
8
|
Pantun beriba hati
|
7.
|
Air
pasang bulanpun terang,
Hanyutlah
sampan dari Jawa.
Jika
datang hati yang bimbang,
Bagaikan
hilang rasanya nyawa.
|
6
|
Pantun berkasih-kasihan
|
8.
|
Orang
Padang mandi ke gurun,
Mandi
berlimau bunga lada.
Hari
petang matahari turun,
Dagang
berurai air mata.
|
3
|
Pantun agama
|
9.
|
Dalam
bergalah jangan berkayuh,
Kalau
berkayuh bertambah basah.
Kalau
bersusah jangan mengeluh,
Kalau
mengeluh bertambah susah.
|
4
|
Pantun perpisahan
|
10.
|
Laut
merah tak bergelombang,
Lading
hijau penuh ilalang.
Hati
siapa tak bimbang,
Berkepala
botak minta dikepang
|
5
|
Pantun adat
|
Menginterpretasi Makna Teks Pantun
Apa
guna orang bertenun,
untuk membuat pakaian adat.
Apa guna orang berpantun,
untuk memberi petuah amanat.
Makna : Guna orang berpantun adalah untukmemberi nasehat kepada orang
lain
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat kain selendang.
Apa guna orang berpantun,
untuk memberi hukum dan undang.
Makna : Guna orang berpantun adalah untuk memberikan aturan dan undang
-undang
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat kain dan baju.
Untuk apa orang berpantun,
untuk menimba berbagai ilmu.
Makna : Guna orang berpantun adalah untuk berbagi ilmu antar sesama
Kalau hendak berlabuh pukat,
carilah pancang kayu berdaun.
Kalau kurang mengetahui adat,
carilah orang tahu berpantun.
Makna : Jika kita kurang mengetahui adat kita bisa mencari orang yang pandai
berpantun
untuk membuat pakaian adat.
Apa guna orang berpantun,
untuk memberi petuah amanat.
Makna : Guna orang berpantun adalah untukmemberi nasehat kepada orang
lain
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat kain selendang.
Apa guna orang berpantun,
untuk memberi hukum dan undang.
Makna : Guna orang berpantun adalah untuk memberikan aturan dan undang
-undang
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat kain dan baju.
Untuk apa orang berpantun,
untuk menimba berbagai ilmu.
Makna : Guna orang berpantun adalah untuk berbagi ilmu antar sesama
Kalau hendak berlabuh pukat,
carilah pancang kayu berdaun.
Kalau kurang mengetahui adat,
carilah orang tahu berpantun.
Makna : Jika kita kurang mengetahui adat kita bisa mencari orang yang pandai
berpantun
(2) Agar
kalian semakin mahir, cobalah kalian interpretasikan lagi makna teks pantun
berikut ini.
berikut ini.
(a) Orang
Sibu menunggang kuda,
kuda ditunggang patang tulang.
Masih mau mengaku muda,
Padahal cucu keliling pinggang.
Makna : tidak usah mengaku mudah lagi, kalau sudah mempunyai banyak
cucu
(b) Burung pipit memakan padi,
burung enggan pergi ke hutan.
Tidak puas di dalam hati,
kalau tidak bersama tuan.
Makna : adanya ketidak puasan seseorang
(c) Buah cempedak di luar pagar,
ambil galah tolong jolokkan.
Saya budak baru belajar,
kalau salah tolong tunjukkan.
Makna : Seseorang yang baru belajar tentang sesuatu dan jika ia melakukan kesalahan jangan segan-segan untuk menegurnya
(d) Kayu cendana di atas batu,
sudah diikat dibawa pulang.
Adat dunia memang begitu,
benda yang buruk memang terbuang.
Makna : Suatu benda di dunia jika sudah buruk maka akan langsung dibuang
(e) Orang Bayang pergi mengaji,
Ke Cubadak jalan ke Panti.
Meninggalkan sembahyang jadi berani,
Seperti badan tak akan mati.
Makna : Seseorang yang dengan berani meni8nggalkan sembahyang seolah-olah ia akan tetap hidup sepanjang masa
kuda ditunggang patang tulang.
Masih mau mengaku muda,
Padahal cucu keliling pinggang.
Makna : tidak usah mengaku mudah lagi, kalau sudah mempunyai banyak
cucu
(b) Burung pipit memakan padi,
burung enggan pergi ke hutan.
Tidak puas di dalam hati,
kalau tidak bersama tuan.
Makna : adanya ketidak puasan seseorang
(c) Buah cempedak di luar pagar,
ambil galah tolong jolokkan.
Saya budak baru belajar,
kalau salah tolong tunjukkan.
Makna : Seseorang yang baru belajar tentang sesuatu dan jika ia melakukan kesalahan jangan segan-segan untuk menegurnya
(d) Kayu cendana di atas batu,
sudah diikat dibawa pulang.
Adat dunia memang begitu,
benda yang buruk memang terbuang.
Makna : Suatu benda di dunia jika sudah buruk maka akan langsung dibuang
(e) Orang Bayang pergi mengaji,
Ke Cubadak jalan ke Panti.
Meninggalkan sembahyang jadi berani,
Seperti badan tak akan mati.
Makna : Seseorang yang dengan berani meni8nggalkan sembahyang seolah-olah ia akan tetap hidup sepanjang masa
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
MODUL 1 : PROFESI KEGURUAN DALAM MENGEMBANGKAN SISWA KEGIATAN BELAJAR 1 : 1. Jelaskan pengertian profesi, profession...
-
Nama Matakuliah teknologi baru dalam pengajaran dan pembelajaran Review pengalaman belajar. ...
-
KD 3.5 Mengevaluasi teks pantun Aspek Rincian Kurang D (10) Cukup C (15) Baik...