Mentari pagi
bersinar begitu indah, membangunkan ilana dari tidurnya yang nyenyak karena
semalam ia baru saja bertemu dengan ayahnya yang sudah seminggu keluar kota.
Ilana diberi sebuah buku yang sudah lama ia impikan. Ayahnya memberikan buku
tersebut sebagai hadiah berkat keberhasilan ilana menjadi siswa terbaik
disekolahnya. Ilana tertidur sambil memeluk buku itu.
Setelah terbangun dari
tidurnya Ilana bergegas mandi, setelah itu mengenakan pakain seragamnya dan
berangkat kesekolah diantar oleh supirnya yaitu pak tarno yang telah lama
menjadi supir dikeluargailana. Walaupun sudah tua tapi pak tarno masih sehat
dan masih cekatan mengantarkan Ilanakemanapun ia pergi. Setibanya
disekolahIlana
Langsung melangkah dengan riang menuju kelasnya yang berada dipojok paling
belakang di area sekolahnya. Setibanya dikelasIlana langsung duduk disamping
sahabatnya yang bernama sindi. Sindi adalah sahabat ilana sejak SD, mereka
selalu satu sekolah karena ayah ilana adalah rekan kerja dari ayah sindi.
Setiap hari mereka selalu bersama karena jarak rumah keduanya tidak terlalu
jauh. Setelah duduk disampingsindi, ilana mendapati sindi sedang mengotak-atik
tasnya dengan wajah yang begitu kesal. "Hysindi lagi ngapainlo? Gue
liat-liat dari tadi otak-atik tas longa jelas gitu, emanya cari apaan
sih?" Tanya ilana kebingungan. "Gue lagi nyari buku tugas gue ni.
Mana semalam ngerjainnya baru setengah lagi. Bisa mati gue kalau nanti disuruh
ngumpulin tugas sama pak juna. Lo taukan kalau pak juna itu kelakuannya kaya
apa?" Jawab sindi cemas. "Aduh ternyata itu toh masalahnya? Semalam
gue ngerjaiin tugas lo juga karena gue udahtau pasti konga akan ngerjain tugas,
apalagi tugasnya serumit ini, lokan paling anti sama mate-matika" balas
ilana meledek. "Makasih banyak yahlan untuk ajalongerjain kalau nga bisa
mampus gue berjur di tengah lapangan" kata sindi (sambil memeluk ilana).
"Iyaiyaudah dong meluknya malu taudiliatin sama pak juna".
Pak juna melihat keduannya sambil cengigisan. Pak junatau bahwa kedua adalah
sahabat yang begitu solid dikelasnya.
Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat. Ilana dan
sindi bergegas menuju kantin, sindi hanya membeli makan ringan sedangkan ilana
hanya membeli air dan mereka pun kembali kekelasnya karena ilana membawa bekal
dari rumah makan ia hanya membeli sebotol air mineral. Ilana selalu membawa
bekal dari rumahnya karena ia takut kalau makanan disekolahnya tak higienis
buat kesehatannya apalagi ilana mengidam penyakit thalasemia sejak kecil.
Dimana penyakit ilana itu adalah penyakit turunan dari ibunya yang sudah lama
wafat. Penyakit yang diderita ilana ini cukup parah karena setiap bulannya
ilana harus cuci darah. Untung saja ilana dan ayahnya adalah mampu kalau bukan
dari mana mereka bisa mengambil uang untuk pengobatan dan membeli 2labu darah
setiap bulannya dan semua itu tidak membutuhkan biaya yang sedikit. Maka dari
itu ilana selalu membawa bekal buatan bibi dari rumah. Setelah makanan bekal
ilana ludes dimakannya bersama sindi, ilanapun meminum obat yang selalu ikut
kemanapunilana pergi. Karena dengan obat itu kondisi ilana bisa sedikit membaik.
Setelah tiba dirumahilana langsung
masuk kamar dan beristirahat ia tak boleh kecapean karena kalau ia kecapean
bisa saja kondisi fisiknya menurun dan membuat dia mimisan lagi. Ia tak ingin
iti terjadi maka dari itu ia beristirahat secukupnya lalu belajar lagi. Ilana
tak perna keluar rumah untuk kepentingan yang tak berguna baginya kecuali
mengerjakan tugas dan untuk membeli buku-buku keperluannya.
Pagi ini ilana berangkat kesekolah agak
kesiangan karena semalam ilana telat tidur karena membaca buku pemberian
ayahnya dan akibatnya ilana terburu-buru kesekolah dan lupa membawa tugas yang
telah ia kerjakan dirak buku miliknya. Ilana tak tahu harus meminta tolong
kepada siapa lagi untuk bisa membantunya kembali kerumah untuk mengambil tugasnya
yang ketinggal, padahal tugas itu harus dikumpulkan dipresentasikan. Kalau
tidak ilana tak punya nilai dimata pelajaran kesukaannya yaitu kimia. Disekolah
ini ilana hanya paling dekat dengan sindi tidak ada yang lain lagi karena sikap
ilana yang pemalu dan sulit bergaul dan hanya bergelut dengan buku-buku yang
dia miliki membuatnya tak memiliki banyak teman berbeda dengan sindi yang mudah
bergaul dan ramah kepada siapa saja sehingga sindi memiliki banyak teman. Ilana
menceritakan semuanya kepada sindi. "Oh jadi itu yang buat lo gelisah kaya
cacing kepanasan ditempatlo?" Kata sindi. "Iya lo harus bantuin gue
pokoknya gue nga mau kalau gue nga punya nilai dimata pelajaran ini. Lo tau
sendirikan kalau gue paling suka belajar kimia" jawab Ilana cemas.
"Oke gue bantuinlo kok. Gue punya teman yang bisa bantuinlo. Tunggu gue
hubungin dia dulu yah." Setelah beberapa menit kemudian akhirnya teman
sindiitupun datang membawa buku tugas Ilana. Ilana sangat berterima kasih
kepada rendi teman sandi yang telah membantunya dan sebagai tanda terima kasih
Ilana kepada rendi, Ilana ingin mengajak rendi makan malam dirumahnya bersama
sindi. Dan rendi menerima tawaran dari Ilana.
Ilana menyuruh bibi untuk menyiapkan semua makanan yang
telah dipesan Ilana kepadanya untuk menatanya diatas meja makan. Ilana sudah
siap menunggu tamu yang telah membantunya tadi siang. Beberapa menit kemudian
sindi datang bersama rendi. Ilana dan ayahnya menyambut rendi dan sindi dengan
wajah yang ramah. "Eh kalian udah datang,silahkan masuk makanan sudah
siap" sapa ilana ramah. "Iyanih gue udahlapar.ahahaha bercanda
kok" canda sindi. "Kalau gitu kalian semua masuk ayo nga usah
malu-malu." Sapa ayah Ilana.
Ayah Ilana memulai percakapan dengan menanyakan
berbagai hal mengenai rendi. Dan Ilana baru sadar bahwa rendi yang menolongnya
tadi bukan berasal dari sekolahnya melainkan pria yang sudah kuliah tapi
merupakan alumni dari sekolah ilana. Sindi mengenalnya karena sindi sering
ngumpul bersama anak-anak yang berbakat dibidang seni lukis, dimanarendi adalah
salah satu dari banyak teman sindi yang ahli melukis. Ayah ilana bangga
terhadap rendi, diusianya yang masih muda sudah bisa menghasilkan uang yang
cukup membiayai kuliahnya dan sekolah adik-adiknya. Rendi seorang mahasiswa
yang baru saja menginjak semester tiga. Rendi pandai melukis apa saja yang dia
lihat, dan dia juga pengusaha muda. Ayah ilana tertarik untuk menyuruh ilana
belajar melukis dengan rendi. Ilana setuju karena sudah lama dia ingin sekali
belajar mengenai seni lukis tapi sindi tak pernah punya waktu untuk mengenalkan
ilana dengan teman-teman pelukisnya. Walaupun sindi suka terhadap seni lukis
akan tetapi dia tak bisa sama sekali melukis, dia hanya suka melihat hasil
lukisan remaja-remaja saat ini.
Sejak hari itu ilana semakin dekat dengan
rendi. Ilana belajar banyak hal dari rendi. Mulai dari cara manubung,mengatur
waktu,hingga cara berbisnis. Semakin hari mereka berdua semakin dekat. Ilana
sudah menganggap rendi sebagai kakaknya karena selama ini dia tak pernah
merasakan rasanya mempunyai kakak karena ilana adalah anak tunggal. Ilana
merasa bahagia bisa mengenal rendi karena semenjak ada rendi hidup ilana
menjadi lebih bewarna dari hari-hari sebelumnya karena semenjak mengenal
rendiilana hidup ilana tak lagi bergelut dengan buku-buku yang dia miliki. Kini
hari-hari dia lalui bersama rendi yang memberi warna indah dikehidupannya.
Ilana merasa bahagia seakan-akan dia tak memiliki penyakit apapun. Seakan dia
ingin menghabiskan waktunya belajar banyak hal diluar sana bersama rendi.
pagi harinya Ilana berangkat kesekolah
dengan wajah pucat karena kamarin dia menghabiskan waktu bersama rendi sampai
lupa bahwa dia tak boleh kecapean dan lupa meminum obat yang selalu ada didalam
tasnya. Dan akibat yang harus dia tanggung adalah dimalam harinya dia mimisan
lagi dan wajahnya tambah memucat sampai dipagi harinya. Setibanya dikelasilana
duduk dengan lesuhdibangkunya. Sindi pun menghampiri ilana. "Hylo
kenapa?muka lo kok pucat gitu? Jangan bilang lokecapean lagi?"
"Iya kemarin gue ke tempat rendi melukis terus gue jalan-jalan sama rendi
sampai lupa minum obat. Padahal obatnya ada didalam tas gue"jawab ilana
"astaga lo kok bisa sampai lupa sih minum obat, kalau ginikan yang
tersiksa juga lo. Bisa-bisa lo mimisan lagi kalau lokecapean dan plus nga minum
obat" kata sindi prihatin. "Iya juga sih gue ngerti tapi kemarin itu
gue keasyikan cerita sama rendi sampai-sampai kelupaan minum obatnya dan longa
usah nanyarendi soal ini yah! Gue takut rendikwatir." Kata ilana memohon.
"Iya gue ngabakalan tanya rendi soal ini asalkan lo jangan ngulang lagi
yah. Gue sayang banget sama loilanalo itu sahabat gue dari kecil. Mana mungkin
gue rela liat lo menderita dengan sakit yang lomilikin itu." Kata sindi
sedih.
Bel pulang sekolah pun berbunyi ilana
melangkah dengan lunglai menuju pintu gerbang sekolahnya. Tiba-tiba saja dia
tak dapat lagi menjaga keseimbangan tubuhnya dan diapun terjatuh tak sadarkan
diri didekat pintu gerbang sekolahnya. Untung saja sindi segera melihatnya dan
menyuruh teman-temannya mengantarkan ilana ke UKS. Ilana tak sadarkan diri juga
saat pak tarno sudah datang menjemputnya, akhirnya pak tarno mengangkat
ilanakemobil dan membawanya pulang kerumah. Setibanya dirumah ayah ilana
langsung menghubungi dokter pribadi keluarga mereka untuk datang kerumah dan
memeriksakan keadaan ilana.
Dokter pribadi keluarga ilana
mengatakan bahwa ilanakecapean dan butuh istirahat yang banyak karena dia tak
biasa mengalami kecapean berat seperti ini dan jika ilana tak istirahat intens bisa
saja ilana dirawat dirumah sakit. Jadi ayah ilana memutuskan untuk meminta izin
kesekolahilana untuk memberi ilana izin selama seminggu. Sindi juga setuju
dengan keputusan ayah ilana untuk mengizinkan ilana selama seminggu kedepan.
Sindi tak ingin melihat ilana terbaring dirumah sakit lagi.
Beberapa hari terakhir ini
sindi merasa kesepian semenjak ilana tak masuk sekolah tak ada yang dia temani
kekantin dan bercanda jadi sini memutuskan untuk menjenguk ilana sepulang
sekolah nanti dan mengajak rendi ikut bersamanya menjenguk ilana.