Monday, September 3, 2018

Masih adakah hari esok

Mentari pagi bersinar begitu indah, membangunkan ilana dari tidurnya yang nyenyak karena semalam ia baru saja bertemu dengan ayahnya yang sudah seminggu keluar kota. Ilana diberi sebuah buku yang sudah lama ia impikan. Ayahnya memberikan buku tersebut sebagai hadiah berkat keberhasilan ilana menjadi siswa terbaik disekolahnya. Ilana tertidur sambil memeluk buku itu. 
          Setelah terbangun dari tidurnya Ilana bergegas mandi, setelah itu mengenakan pakain seragamnya dan berangkat kesekolah diantar oleh supirnya yaitu pak tarno yang telah lama menjadi supir dikeluargailana. Walaupun sudah tua tapi pak tarno masih sehat dan masih cekatan mengantarkan Ilanakemanapun ia pergi. Setibanya disekolahIlana
Langsung melangkah dengan riang menuju kelasnya yang berada dipojok paling belakang di area sekolahnya. Setibanya dikelasIlana langsung duduk disamping sahabatnya yang bernama sindi. Sindi adalah sahabat ilana sejak SD, mereka selalu satu sekolah karena ayah ilana adalah rekan kerja dari ayah sindi. Setiap hari mereka selalu bersama karena jarak rumah keduanya tidak terlalu jauh. Setelah duduk disampingsindi, ilana mendapati sindi sedang mengotak-atik tasnya dengan wajah yang begitu kesal. "Hysindi lagi ngapainlo? Gue liat-liat dari tadi otak-atik tas longa jelas gitu, emanya cari apaan sih?" Tanya ilana kebingungan. "Gue lagi nyari buku tugas gue ni. Mana semalam ngerjainnya baru setengah lagi. Bisa mati gue kalau nanti disuruh ngumpulin tugas sama pak juna. Lo taukan kalau pak juna itu kelakuannya kaya apa?" Jawab sindi cemas. "Aduh ternyata itu toh masalahnya? Semalam gue ngerjaiin tugas lo juga karena gue udahtau pasti konga akan ngerjain tugas, apalagi tugasnya serumit ini, lokan paling anti sama mate-matika" balas ilana meledek. "Makasih banyak yahlan untuk ajalongerjain kalau nga bisa mampus gue berjur di tengah lapangan" kata sindi (sambil memeluk ilana). "Iyaiyaudah dong meluknya malu taudiliatin sama pak juna".
Pak juna melihat keduannya sambil cengigisan. Pak junatau bahwa kedua adalah sahabat yang begitu solid dikelasnya. 
     Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat. Ilana dan sindi bergegas menuju kantin, sindi hanya membeli makan ringan sedangkan ilana hanya membeli air dan mereka pun kembali kekelasnya karena ilana membawa bekal dari rumah makan ia hanya membeli sebotol air mineral. Ilana selalu membawa bekal dari rumahnya karena ia takut kalau makanan disekolahnya tak higienis buat kesehatannya apalagi ilana mengidam penyakit thalasemia sejak kecil. Dimana penyakit ilana itu adalah penyakit turunan dari ibunya yang sudah lama wafat. Penyakit yang diderita ilana ini cukup parah karena setiap bulannya ilana harus cuci darah. Untung saja ilana dan ayahnya adalah mampu kalau bukan dari mana mereka bisa mengambil uang untuk pengobatan dan membeli 2labu darah setiap bulannya dan semua itu tidak membutuhkan biaya yang sedikit. Maka dari itu ilana selalu membawa bekal buatan bibi dari rumah. Setelah makanan bekal ilana ludes dimakannya bersama sindi, ilanapun meminum obat yang selalu ikut kemanapunilana pergi. Karena dengan obat itu kondisi ilana bisa sedikit membaik. 
        Setelah tiba dirumahilana langsung masuk kamar dan beristirahat ia tak boleh kecapean karena kalau ia kecapean bisa saja kondisi fisiknya menurun dan membuat dia mimisan lagi. Ia tak ingin iti terjadi maka dari itu ia beristirahat secukupnya lalu belajar lagi. Ilana tak perna keluar rumah untuk kepentingan yang tak berguna baginya kecuali mengerjakan tugas dan untuk membeli buku-buku keperluannya.
      Pagi ini ilana berangkat kesekolah agak kesiangan karena semalam ilana telat tidur karena membaca buku pemberian ayahnya dan akibatnya ilana terburu-buru kesekolah dan lupa membawa tugas yang telah ia kerjakan dirak buku miliknya. Ilana tak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi untuk bisa membantunya kembali kerumah untuk mengambil tugasnya yang ketinggal, padahal tugas itu harus dikumpulkan dipresentasikan. Kalau tidak ilana tak punya nilai dimata pelajaran kesukaannya yaitu kimia. Disekolah ini ilana hanya paling dekat dengan sindi tidak ada yang lain lagi karena sikap ilana yang pemalu dan sulit bergaul dan hanya bergelut dengan buku-buku yang dia miliki membuatnya tak memiliki banyak teman berbeda dengan sindi yang mudah bergaul dan ramah kepada siapa saja sehingga sindi memiliki banyak teman. Ilana menceritakan semuanya kepada sindi. "Oh jadi itu yang buat lo gelisah kaya cacing kepanasan ditempatlo?" Kata sindi. "Iya lo harus bantuin gue pokoknya gue nga mau kalau gue nga punya nilai dimata pelajaran ini. Lo tau sendirikan kalau gue paling suka belajar kimia" jawab Ilana cemas. "Oke gue bantuinlo kok. Gue punya teman yang bisa bantuinlo. Tunggu gue hubungin dia dulu yah." Setelah beberapa menit kemudian akhirnya teman sindiitupun datang membawa buku tugas Ilana. Ilana sangat berterima kasih kepada rendi teman sandi yang telah membantunya dan sebagai tanda terima kasih Ilana kepada rendi, Ilana ingin mengajak rendi makan malam dirumahnya bersama sindi. Dan rendi menerima tawaran dari Ilana. 
    Ilana menyuruh bibi untuk menyiapkan semua makanan yang telah dipesan Ilana kepadanya untuk menatanya diatas meja makan. Ilana sudah siap menunggu tamu yang telah membantunya tadi siang. Beberapa menit kemudian sindi datang bersama rendi. Ilana dan ayahnya menyambut rendi dan sindi dengan wajah yang ramah. "Eh kalian udah datang,silahkan masuk makanan sudah siap" sapa ilana ramah. "Iyanih gue udahlapar.ahahaha bercanda kok" canda sindi. "Kalau gitu kalian semua masuk ayo nga usah malu-malu." Sapa ayah Ilana.
     Ayah Ilana memulai percakapan dengan menanyakan berbagai hal mengenai rendi. Dan Ilana baru sadar bahwa rendi yang menolongnya tadi bukan berasal dari sekolahnya melainkan pria yang sudah kuliah tapi merupakan alumni dari sekolah ilana. Sindi mengenalnya karena sindi sering ngumpul bersama anak-anak yang berbakat dibidang seni lukis, dimanarendi adalah salah satu dari banyak teman sindi yang ahli melukis. Ayah ilana bangga terhadap rendi, diusianya yang masih muda sudah bisa menghasilkan uang yang cukup membiayai kuliahnya dan sekolah adik-adiknya. Rendi seorang mahasiswa yang baru saja menginjak semester tiga. Rendi pandai melukis apa saja yang dia lihat, dan dia juga pengusaha muda. Ayah ilana tertarik untuk menyuruh ilana belajar melukis dengan rendi. Ilana setuju karena sudah lama dia ingin sekali belajar mengenai seni lukis tapi sindi tak pernah punya waktu untuk mengenalkan ilana dengan teman-teman pelukisnya. Walaupun sindi suka terhadap seni lukis akan tetapi dia tak bisa sama sekali melukis, dia hanya suka melihat hasil lukisan remaja-remaja saat ini. 
       Sejak hari itu ilana semakin dekat dengan rendi. Ilana belajar banyak hal dari rendi. Mulai dari cara manubung,mengatur waktu,hingga cara berbisnis. Semakin hari mereka berdua semakin dekat. Ilana sudah menganggap rendi sebagai kakaknya karena selama ini dia tak pernah merasakan rasanya mempunyai kakak karena ilana adalah anak tunggal. Ilana merasa bahagia bisa mengenal rendi karena semenjak ada rendi hidup ilana menjadi lebih bewarna dari hari-hari sebelumnya karena semenjak mengenal rendiilana hidup ilana tak lagi bergelut dengan buku-buku yang dia miliki. Kini hari-hari dia lalui bersama rendi yang memberi warna indah dikehidupannya. Ilana merasa bahagia seakan-akan dia tak memiliki penyakit apapun. Seakan dia ingin menghabiskan waktunya belajar banyak hal diluar sana bersama rendi. 
       pagi harinya Ilana berangkat kesekolah dengan wajah pucat karena kamarin dia menghabiskan waktu bersama rendi sampai lupa bahwa dia tak boleh kecapean dan lupa meminum obat yang selalu ada didalam tasnya. Dan akibat yang harus dia tanggung adalah dimalam harinya dia mimisan lagi dan wajahnya tambah memucat sampai dipagi harinya. Setibanya dikelasilana duduk dengan lesuhdibangkunya. Sindi pun menghampiri ilana. "Hylo kenapa?muka lo kok pucat gitu? Jangan bilang lokecapean lagi?"
"Iya kemarin gue ke tempat rendi melukis terus gue jalan-jalan sama rendi sampai lupa minum obat. Padahal obatnya ada didalam tas gue"jawab ilana "astaga lo kok bisa sampai lupa sih minum obat, kalau ginikan yang tersiksa juga lo. Bisa-bisa lo mimisan lagi kalau lokecapean dan plus nga minum obat" kata sindi prihatin. "Iya juga sih gue ngerti tapi kemarin itu gue keasyikan cerita sama rendi sampai-sampai kelupaan minum obatnya dan longa usah nanyarendi soal ini yah! Gue takut rendikwatir." Kata ilana memohon. "Iya gue ngabakalan tanya rendi soal ini asalkan lo jangan ngulang lagi yah. Gue sayang banget sama loilanalo itu sahabat gue dari kecil. Mana mungkin gue rela liat lo menderita dengan sakit yang lomilikin itu." Kata sindi sedih. 
       Bel pulang sekolah pun berbunyi ilana melangkah dengan lunglai menuju pintu gerbang sekolahnya. Tiba-tiba saja dia tak dapat lagi menjaga keseimbangan tubuhnya dan diapun terjatuh tak sadarkan diri didekat pintu gerbang sekolahnya. Untung saja sindi segera melihatnya dan menyuruh teman-temannya mengantarkan ilana ke UKS. Ilana tak sadarkan diri juga saat pak tarno sudah datang menjemputnya, akhirnya pak tarno mengangkat ilanakemobil dan membawanya pulang kerumah. Setibanya dirumah ayah ilana langsung menghubungi dokter pribadi keluarga mereka untuk datang kerumah dan memeriksakan keadaan ilana. 
        Dokter pribadi keluarga ilana mengatakan bahwa ilanakecapean dan butuh istirahat yang banyak karena dia tak biasa mengalami kecapean berat seperti ini dan jika ilana tak istirahat intens bisa saja ilana dirawat dirumah sakit. Jadi ayah ilana memutuskan untuk meminta izin kesekolahilana untuk memberi ilana izin selama seminggu. Sindi juga setuju dengan keputusan ayah ilana untuk mengizinkan ilana selama seminggu kedepan. Sindi tak ingin melihat ilana terbaring dirumah sakit lagi. 
         Beberapa hari terakhir ini sindi merasa kesepian semenjak ilana tak masuk sekolah tak ada yang dia temani kekantin dan bercanda jadi sini memutuskan untuk menjenguk ilana sepulang sekolah nanti dan mengajak rendi ikut bersamanya menjenguk ilana. 

No comments:

Post a Comment

MODUL AJAR IPA KELAS VIII

PDF