Friday, May 26, 2023

JURNAL REFLEKSI COMPUTATIONAL THINGKING

 

Nama Matakuliah

Computational Thingking

Review pengalaman belajar.

Mata kuliah computational thingking atau biasa disingkat CT merupakan salah satu mata kuliah pada semester kedua ini yang dimana penulis merasa sangat tertarik untuk mempelajarinya lebih jauh.

Topik 1 :

Pada topik pertama sekaligus topik perkenalan dengan perkuliahan CT ini membahas tentang definisi dari CT itu sendiri yang merupakan proses atau metode berpikit dalam memformulasikan persoalan atau menyusun strategi penyelesaian guna menghasilkan solusi yang efektif, efisien, dan optimal. CT sendiri terbangun atas empat fondasi utama yakni dekomposis yang merupakan penguraian persoalan, pengenalan pola, abstraksi yang merupakan proses eliminasi, serta algoritma atau rancangan penyelesaian. Selain daripada mendapatkan pemahaman terhadap konsep dari CT, pada topik ini penulis juga belajar bagaiamana meyelesaikan persoalan-persoalan pada keseharian dengan menggunakan metode atau proses berpikir computational thingking dengan menerapkan empat fondasi pada proses penyelesaian guna mendapatkan solusi yang penyelesaian terbaik.

 

Topik 2 :

Topik kedua matakuliah CT ini membahas tentang eksistensi CT sendiri di dalam kurikulum di setiap satuan pendidikan. CT sendiri secara eksplisit termuat di dalam kurikulum merdeka khsusnya pada satuan pendidikan SD dan SMP serta lebih jauh termuat di dalam, Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Nomor 028/H/KU/2021 tentang Capaian Pembelajaran PAUD, SD, SMP, SMA, SDLB, SMPLB, SMALB pada Program Sekolah Penggerak dimana pada setiap fase pendidikan telah ditetapkan capaian pembelajaran yang terintegrasi dengan CT itu sendiri, seperti salah satunya pada fase F (kelas  XI dan XII) dengan uraian peserta didik mampu menganalisis beberapa strategi algoritmik secara kritis dalam menghasilkan banyak alternatif solusi untuk satu persoalan dengan memberikan justifikasi efisiensi, kelebihan, dan keterbatasan dari semua alternatif solusi, kemudian memilih dan menerapkan solusi terbaik, paling efisien, dan optimal dengan merancang struktur data yang lebih kompleks dan abstrak. Melalui topik ini penulis mengetahui bahwa sebenarnya eksistensi daripada CT itu sendiri telah termuat di dalam kurikulum melalui keputusan diatas.

 

Topik 3 :

Pada topik ketiga mata kuliah ini membahas tentang CT dalam problem solving atau penyelesaian persoalan/masalah. Topik dipelajari melalui latihan menyelsaikan soal-soal Berbras dan PISA. Bebras sendiri merupakan soal-soal yang sengaja dirancang untuk mempromosikan CT oleh sebab didalam penyelsaiannya memerlukan metode berpikir tersebut. Bebras pertama kali digelar di Lithuania yang dalam bahasa setempat Bebras artinya ialah berang-berang. Penggunaan istilah Bebrasi ini merupakan metafor akan sebuah usaha kerja keras dalam mencapai target sebagaimana biasanya dilakukan oleh hewan tersebut. Sementara PISA atau Program International For Student and Asesment yang merupakan sebuah program internasional untuk mengukur tingkat literasi dan numerasi peserta didik di berbagai negara dan melalui pembelajaran pada topik tiga ini penulis belajar untuk menyelesaikan soal-soal pada ini dengan mengintegrasikan metode berpikir CT terutama dengan mengimplentasikan empat fondasi utamanya.

 

Topik 4 :

 

Topik selanjutnya pada kuliah ini ialah membahas tentanng CT dalam proyek yakni bagaimana mengintegrasikan metode berpikit CT dalam pembuatan sebuah proyek khsusnya proyek yang mengaplikasikan STEM. Pada tapik ini kemudian penulis diminta untuk menguraikan ataupun menjabarkan sebuah rancangan proyek dengan mengintegrasikan metode berpikit CT yang dimana tidak hanya melibatkan empat fonsdasi utama tetapi juga menyertakan sub-sub yang lebih detail seperti conditional logic, komunikasi, struktur data, serta pemodelan. Penjabaran variabel-variebel ini dimaksudkan untuk medetailkan integrase CT ke dalam proyek STEM juga guna memberikan sebuah gambaran nyata terkait dengan solusi terbaik yang akan dihasilkan.

 

Topik 5 :

Topik terkahir yang dibahas pada mata kuliah CT sampai uraian ini ditulis ialah membahas tentang integrase CT di dalam pembelajaran. Hal yang penulis pelajari dari topik ini tentunya sesuai dengan tajuk topik ialah bagaimana mengintegrasikan CT ke dalam mata pelajaran khusunya mata pelajaran fisika. Pengintegrasian yang dimaksud disini ialah bagaimana mengimplementasiskan konsep-konsep yang terdapat pada computitonal thingking ke dalam sebauh materi di dalam pembelajaran seperti salah satu contonya konsep algoritma yang dapat diimplentasikan melalui kegiatan eksprerimen atau praktikum pada subjek sains.

Refleksi pengalaman belajar yang dipilih

Refleksi

Refleksi Topik

 

Pada bagian refleksi ini penulis akan melakukan refleksi terhadap salah satu topik bahasan yang penulis pilih dari perkuliahan computational thingking dan topik yang penulis pilih adalah terkait dengan integrase CT dalam Mata Pelajaran

Menurut pandangan penulis, salah satu alasan dari urgensi penerapan computational thingking atau CT didalam dunia pendidikan Indonesia adalah kemampuan berpikir daripada atau dapat penulis tuliskan penggunaan logika berpikir yang masih lemah dari peserta didik kita. Untuk itu topik terkait dengan integras CT dalam mata pelajaran merupakan satu topik yang penting untuk dipelajari dan dikuasai. Sebab menurut hemat penulis inti daripada proses perkuliah ini ialah bagaimana pada akhirnya mahasiswa yang akan beralih tugas sebagai guru dapat untuk mengimplentasikan pemahaman akan metode berpikir ini di dalam pembelajaran. Adapun langkah yang penulis tempuh dalam mempelajari topik ini salah satunya ialah dengan menelaah contoh implentasi CT di dalam pembelajaran yang menjadi bagian dalam proses pembelajaran topik yang keenam ini, setelah proses penelaan terhadap contoh-contoh yang tersedia penulis kemudian menerapkannya pada mata pelajaran yang penulis ampuh yakni mata pelajaran biologi sekaligus menjadi bagian tugas yang mesti diselesaikan pada proses perkuliahan topik yang keenam. Rancangan yang penulis dan juga kelompok rancangan kemudian dipresentasikan untuk mendapatkan tanggapan serta saran dari mahasiswa lain. Proses ini penting menurut penulis oleh sebab melalui aksinyata daripada pengintegrasian CT dalam mata pelajaran, artinya penulis telah mampu untuk memahami penerapan CT itu sendiri, serta tanggapan dan saran dari mahasiswa yang lain dapat menjadikan pemahaman tersebut semakin utuh.

Analisis artefak pembelajaran

Analisis Artefak

Link Artefak

 

Artefak yang penulis sertakan diatas berupa rancangan integrase CT pada mata pelajaran fisika khususnya pada materi sifat-sifat geombang bunyi. Rancangan ini dimulai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yakni peserta didik mampu menjelaskan mekanisme pembentukan urin melalui kegiatan proyek kelompok dengan tepat. Singkatnya pada rancangan ini peserta didik diarahkan untuk mampu menggunakan keterampilan berpikir CT pada konsep algoritma, dekomposisi, pengenalan pola, dan abstaksi. Algoritma dilakukan dengan kegiatan mendesain alat peraga, dekomposisi peserta didik mampu menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam membuat alat peraga   dan menentukan pola yang akan digunakan dalam membuat alat peraga, sehingga air dapat melewati selang, Dan pada tahap abstraksi peserta didik diharapkan mampu menjelaskan mekanisme pembetukan urin dan melakukan simulasi pembentukan urin.

 

Pembelajaran bermakna (good practices)

Pada akhirnya pembelajaran bermakna yang penulis dapatkan dalam proses pembelajaran mata kuliah ini ialah bagiamana penguasaan seorang guru akan metode berpikir computational thingking dapat menjadi kunci akan keberhasilan pembelajaran oleh sebab menurut hemat penulis sebagai metode berpikir CT tidak hanya tentang bagaiamana menyelesaikan soal, pembuatan proyek, atau bagaimana ia di dalam materi ajar akan tetapi lebih jauh merupakan sebuah konsep berpikir yang dapat di terapkan dalam setiap hal seperti bagaimana merancangan sebuah pembelajaran yang memantik keaktifan dan berikut keberhasila peserta didik melalui penganalisisan situasi, identifkasi materi ajar, karakteristik peserta didik serta pengelolaan akan informasi-informasi yang diperlukan. Selain itu hal bermakna yang penulis dapatkan lainnya ialah begitu pentingnya kesegeraan akan pelaksanaan integrasi computational thingking ini kedalam dunia pendidikan di Indonesia oleh sebab kenyataan akan lemahnya kemampuan berpikir peserta didik selain itu begitu pentingnya kemampuan akan penguasaan metode berpikir ini sebagai senjata bagi peserta didik di dalam menjalani kehidupan baik di sekolah maupun disaat kembali kepada masyarakat sosial dan guru merupakan agen di dalam pewujudannya.

 

Tuesday, May 16, 2023

JURNAL REFLEKSI PSE (Pembelajaran Sosial Emosional)

 

Nama Matakuliah

Pembelajaran Sosial Emosional

Review pengalaman belajar.

Topik 1 : Pembelajaran Sosial Emosional

Pengalaman belajar yang penulis dapatkan sejauh pebembelajaran pada mata kuliah pembelajaran sosial emosional (selanjutnya disingkat SEL) ini terkhusus pada topik satu yang membasah tentang kompetensi sosial emosional berdasarkan kerangka CASEL ialah berupa pengetahuan akan kompetensi sosial emosional itu sendiri yang dimana terdiri atas kompetensi pengenalan diri, manajemen diri, pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, kesadaran sosial dan keterampilan sosial. Pengetahuan akan lima kompetensi SEL ini kemudian pada proses pembelajaran topik satu ini didiskusikan secara berkelompok untuk dicari penerapannya di sekolah baik dalam bentuk pembelajaran disekolah, kegiatan diluar akademis, juga budaya atau tata tertib sekolah. Kegiatan diskusi ini menjadi menarik bagi penulis oleh karena di dalam dialektika diskusi penulis menemukan hal-hal yang selama ini diterapkan disekolah merupakan sebuah bentuk peningkatan dari kompetensi SEL itu sendiri. Dari kegiatan diskusi ini penulis juga menemukan pengatahuan-pengetahuan baru terkait hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka pengimplementasian kompetensi SEL di sekolah. Pengalaman menarik lainnya yang penulis peroleh dari pembelajaran topik ini ialah bagaimana menyusun sebuah perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan peningkatan kompetensi SEL peserta didik pada mata pelajaran yang penulis ampuh yakni mata pelajaran fisika dan lalu mengimplentasikan perangkat tersebut di dalam pembelajaran di dalam kelas dimana penulis mengambil kegiatan diskusi kelompok dan presentasi untuk meningkatkan kompetensi SEL peserta didik dalam hal kesadaran sosial dan keterampilan sosial. Penulis juga dalam rangka pengintegrasian kompetensi SEL di dalam pembelajaran ini, melakukan inovasi pembelajarana berupa bernyanyi bersama peserta didik dengan memainkan alat musik gitar yang dimana hal ini terintegrasi dengan materi pelajaran yang fungsi untuk membangun emosi positif peserta didik dalam melakukan pembelajaran.

 

Topik 2 : Peran Guru Sebagai Teladan Pembelajaran Keterampilan Sosial Emosional

Topik kedua topik ini sekaligus menjadi topik terkhir yang dilalui penulis pada saat penulis review mata kuliah ini membahas tentang peran guru sebagai teladan pembelajaran keterampilan sosial emosional. Pada pembelajaran ini penulis belajar tentang empat kompetensi yang diperlukan dalam pendidikan dan relasi sosial yang diakronimkan dengan istilah EMC2 yakni Empathy, Mindfulness, Compassion, dan Critical Inquiry. Pembahasan akan EMC2 menjadi menarik dan berarti bagi penulis oleh sebab pada pembelajarannya penulis menemukan ragam kompetensi sosial emosional yang dibutuhkan terutama bagi seorang guru yang kepemilikannya dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Untuk menunjang pengatahuan akan implentasi dari EMC2 ini untuk seorang guru, pada proses pembelajaran topik ini pula penulis diminta untuk menonton dan meriview beberapa film nasional yang erat kaitannya dengan kompetensi sosial emosional tersebut yakni film laskar pelangi dan sekolah rimba. Disinilah proses pembelajaran ini menjadi menarik bagi penulis oleh sebab, penulis kembali diingatkan tentang bagimana peran seorang guru yang begitu penting bagi pendidikan anak terutama yang paling berkesan bagi penulis ialah film laskar pelangi.

Refleksi pengalaman belajar yang dipilih

Refleksi

Refleksi Topik 2 Peran Guru Sebagai Teladan Pembelajaran Keterampilan Sosial Emosional

 

Topik peran guru sebagai teladan pembelajaran keterampilan sosial emosional menjadi sangat menarik bagi penulis oleh karena dalam pembelajaran ini penulis pertama kali bersinggungan dengan istilah EMC2 yakni Empathy, Mindfulness, Compassion, dan Critical Inquiry yang menurut hemat penulis merupakan hal yang memang perlu dimiliki oleh seoarang guru sebelum meningkatkan kompetensi sosial emosional peserta didik agar dapat menjadi contoh atau teladan bagaimana sehausnya bersikap baik di dalam kelas kelas, lingkungan sekolah, maupun masyarakat. Pembelajaran topik ini menjadi semakin menarik dengan review terhadap film-film nasional yang bernuansa pendindidikan terutama yang paling berkesan bagi penulis ialah film laskar pelangi. Film laskar pelangi yang seingat penulis terbit pada saat penulis duduk dibangku SD kelas 6 ini sejatinya sudah berkali-kali penulis tonton dan dikesekian tontonan tersebut penulis selalu menitihkan air mata melihat perjuang anak-anak desa di Belitung dalam menuntaskan pendidikan sekolah dasarnya. Melihat bagaimana perjuang ibu guru Muslimah yang begitu sabar dan penuh tanggungjawab dalam mendidik Hikal, Lintang, serta kawan-kawanya. Dari film ini pula kemudian penulis terilhami akan tantangan yang akan dihadapi seorang guru dalam misi menjadi teladan bagi peserta didik menjadi agen perubahan di dalam kelas yakni karakteristik peserta didik yang beragam serta kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah itu sendiri yang menjadi salah satu bagian dalam pembelajaran pada topik guru sebagai teladan pembelajaran keterampilan sosial emosional ini.

 

Analisis artefak pembelajaran

Analisis Artefak

Link Artefak

https://youtu.be/qZcSnCeVQ0I

 

Artefak yang dilamapirkan diatas berupa sebuah dokumen presentasi terkait tantangan yang akan dihadapi guru dalam menjadi teladan keterampilan SEL, kasus-kasus yang serupa di dalam pembelajaran, langkah yang dapat dilakukan baik guru maupun sekolah dalam menghadapi tantangan tersebut serta koneksi antara film-film nasional tentang pendidikan dan penerapan kompetensi SEL bagi seorang guru. Pada bagian tantangan sebagaimana penulis jelaskan diatas hal-hal yang akan muncul diantaranya seperti keragaman karakteristik peserta didik serta kemampuan guru itu sendiri dalam hal kompetensi sosial emosioanal hal ini juga menjadi kasus-kasus yang marak terjadi di dalam kelas dimana kalobarasi antara karakteristik peserta didik yang beragam dan kemampuan guru yang lemah dalam kompetensi SEL sering kali membaut pembelajaran menjadi tidak berhasil di dalam kelas. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan guru maupun sekolah dalam menghadapi tantangan tersebut diantaranya adalah membangun budaya yang mendukung lahirnya kompetensi SEL seperti 3S (Senyum, Salam, Sapa) serta juga dapat melibatkan atau berkolaborasi dengan pihak orang tua murid. Riview film yang disertakan juga berpa film laskar pelangi dan sakolah rimba yang pada ininya memberikan gambaran yang nyata bagi penulis dan kelompok tentang bagaimana seharusnya sekolah dan gutu bertindak agar menjadi teladan kompentensi sosial emosional bagi peserta didik.

 

 

 

Pembelajaran bermakna (good practices)

Pembelajaran bermakna yang penulis dapatkan dari proses pembelajaran ini ialah bagaimana penguasaan akan kompetensi dan keterampilan sosial baik bagi guru maupun peserta didik merupakan satu langkah posistif yang dapat dilakukan agar dapat mencapai keberhasil pembelajaran. Selain itu dari proses pembelajaran mata kulian SEL ini penulis kembali diingingatkan akan salah satu pedoman hidup penulis bahwa puncak dari segala ketinggian ilmu adalah adab. Sebab jika ditelah lebih mendalam tentang kompetensi dan sosial emosionan ini sendiri semua merujuk pada keadaban ini. Hal ini kembali mengingatkan kita dan terlebih penulis akan tujuan pendidikan yang diatur oleh oleh undang-undang di Indonesia bahwa yang pertama bukanlah mencerdaskan kehidupan bangsa akan tetapi menjadikan peserta didik Indonesia itu beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Mari sama-sama kita renungkan amanat undang-undang ini, sudahkah kita melaksanaknya? Terimakasih.

 

Saturday, May 13, 2023

JURNAL REFLEKSI PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL (PSE)

 

Nama Matakuliah

Pembelajaran Sosial Emosional

Review pengalaman belajar.

Topik 1 : Pembelajaran Sosial Emosional

Pengalaman belajar yang penulis dapatkan sejauh pebembelajaran pada mata kuliah pembelajaran sosial emosional (selanjutnya disingkat SEL) ini terkhusus pada topik satu yang membasah tentang kompetensi sosial emosional berdasarkan kerangka CASEL ialah berupa pengetahuan akan kompetensi sosial emosional itu sendiri yang dimana terdiri atas kompetensi pengenalan diri, manajemen diri, pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, kesadaran sosial dan keterampilan sosial. Pengetahuan akan lima kompetensi SEL ini kemudian pada proses pembelajaran topik satu ini didiskusikan secara berkelompok untuk dicari penerapannya di sekolah baik dalam bentuk pembelajaran disekolah, kegiatan diluar akademis, juga budaya atau tata tertib sekolah. Kegiatan diskusi ini menjadi menarik bagi penulis oleh karena di dalam dialektika diskusi penulis menemukan hal-hal yang selama ini diterapkan disekolah merupakan sebuah bentuk peningkatan dari kompetensi SEL itu sendiri. Dari kegiatan diskusi ini penulis juga menemukan pengatahuan-pengetahuan baru terkait hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka pengimplementasian kompetensi SEL di sekolah. Pengalaman menarik lainnya yang penulis peroleh dari pembelajaran topik ini ialah bagaimana menyusun sebuah perangkat pembelajaran yang terintegrasi dengan peningkatan kompetensi SEL peserta didik pada mata pelajaran yang penulis ampuh yakni mata pelajaran fisika dan lalu mengimplentasikan perangkat tersebut di dalam pembelajaran di dalam kelas dimana penulis mengambil kegiatan diskusi kelompok dan presentasi untuk meningkatkan kompetensi SEL peserta didik dalam hal kesadaran sosial dan keterampilan sosial. Penulis juga dalam rangka pengintegrasian kompetensi SEL di dalam pembelajaran ini, melakukan inovasi pembelajarana berupa bernyanyi bersama peserta didik dengan memainkan alat musik gitar yang dimana hal ini terintegrasi dengan materi pelajaran yang fungsi untuk membangun emosi positif peserta didik dalam melakukan pembelajaran.

 

Topik 2 : Peran Guru Sebagai Teladan Pembelajaran Keterampilan Sosial Emosional

Topik kedua topik ini sekaligus menjadi topik terkhir yang dilalui penulis pada saat penulis review mata kuliah ini membahas tentang peran guru sebagai teladan pembelajaran keterampilan sosial emosional. Pada pembelajaran ini penulis belajar tentang empat kompetensi yang diperlukan dalam pendidikan dan relasi sosial yang diakronimkan dengan istilah EMC2 yakni Empathy, Mindfulness, Compassion, dan Critical Inquiry. Pembahasan akan EMC2 menjadi menarik dan berarti bagi penulis oleh sebab pada pembelajarannya penulis menemukan ragam kompetensi sosial emosional yang dibutuhkan terutama bagi seorang guru yang kepemilikannya dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Untuk menunjang pengatahuan akan implentasi dari EMC2 ini untuk seorang guru, pada proses pembelajaran topik ini pula penulis diminta untuk menonton dan meriview beberapa film nasional yang erat kaitannya dengan kompetensi sosial emosional tersebut yakni film laskar pelangi dan sekolah rimba. Disinilah proses pembelajaran ini menjadi menarik bagi penulis oleh sebab, penulis kembali diingatkan tentang bagimana peran seorang guru yang begitu penting bagi pendidikan anak terutama yang paling berkesan bagi penulis ialah film laskar pelangi.

Refleksi pengalaman belajar yang dipilih

Refleksi

Refleksi Topik 2 Peran Guru Sebagai Teladan Pembelajaran Keterampilan Sosial Emosional

 

Topik peran guru sebagai teladan pembelajaran keterampilan sosial emosional menjadi sangat menarik bagi penulis oleh karena dalam pembelajaran ini penulis pertama kali bersinggungan dengan istilah EMC2 yakni Empathy, Mindfulness, Compassion, dan Critical Inquiry yang menurut hemat penulis merupakan hal yang memang perlu dimiliki oleh seoarang guru sebelum meningkatkan kompetensi sosial emosional peserta didik agar dapat menjadi contoh atau teladan bagaimana sehausnya bersikap baik di dalam kelas kelas, lingkungan sekolah, maupun masyarakat. Pembelajaran topik ini menjadi semakin menarik dengan review terhadap film-film nasional yang bernuansa pendindidikan terutama yang paling berkesan bagi penulis ialah film laskar pelangi. Film laskar pelangi yang seingat penulis terbit pada saat penulis duduk dibangku SD kelas 6 ini sejatinya sudah berkali-kali penulis tonton dan dikesekian tontonan tersebut penulis selalu menitihkan air mata melihat perjuang anak-anak desa di Belitung dalam menuntaskan pendidikan sekolah dasarnya. Melihat bagaimana perjuang ibu guru Muslimah yang begitu sabar dan penuh tanggungjawab dalam mendidik Hikal, Lintang, serta kawan-kawanya. Dari film ini pula kemudian penulis terilhami akan tantangan yang akan dihadapi seorang guru dalam misi menjadi teladan bagi peserta didik menjadi agen perubahan di dalam kelas yakni karakteristik peserta didik yang beragam serta kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah itu sendiri yang menjadi salah satu bagian dalam pembelajaran pada topik guru sebagai teladan pembelajaran keterampilan sosial emosional ini.

 

Analisis artefak pembelajaran

Analisis Artefak

Link Artefak

https://youtu.be/qZcSnCeVQ0I

 

Artefak yang dilamapirkan diatas berupa sebuah dokumen presentasi terkait tantangan yang akan dihadapi guru dalam menjadi teladan keterampilan SEL, kasus-kasus yang serupa di dalam pembelajaran, langkah yang dapat dilakukan baik guru maupun sekolah dalam menghadapi tantangan tersebut serta koneksi antara film-film nasional tentang pendidikan dan penerapan kompetensi SEL bagi seorang guru. Pada bagian tantangan sebagaimana penulis jelaskan diatas hal-hal yang akan muncul diantaranya seperti keragaman karakteristik peserta didik serta kemampuan guru itu sendiri dalam hal kompetensi sosial emosioanal hal ini juga menjadi kasus-kasus yang marak terjadi di dalam kelas dimana kalobarasi antara karakteristik peserta didik yang beragam dan kemampuan guru yang lemah dalam kompetensi SEL sering kali membaut pembelajaran menjadi tidak berhasil di dalam kelas. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan guru maupun sekolah dalam menghadapi tantangan tersebut diantaranya adalah membangun budaya yang mendukung lahirnya kompetensi SEL seperti 3S (Senyum, Salam, Sapa) serta juga dapat melibatkan atau berkolaborasi dengan pihak orang tua murid. Riview film yang disertakan juga berpa film laskar pelangi dan sakolah rimba yang pada ininya memberikan gambaran yang nyata bagi penulis dan kelompok tentang bagaimana seharusnya sekolah dan gutu bertindak agar menjadi teladan kompentensi sosial emosional bagi peserta didik.

 

 

 

Pembelajaran bermakna (good practices)

Pembelajaran bermakna yang penulis dapatkan dari proses pembelajaran ini ialah bagaimana penguasaan akan kompetensi dan keterampilan sosial baik bagi guru maupun peserta didik merupakan satu langkah posistif yang dapat dilakukan agar dapat mencapai keberhasil pembelajaran. Selain itu dari proses pembelajaran mata kulian SEL ini penulis kembali diingingatkan akan salah satu pedoman hidup penulis bahwa puncak dari segala ketinggian ilmu adalah adab. Sebab jika ditelah lebih mendalam tentang kompetensi dan sosial emosionan ini sendiri semua merujuk pada keadaban ini. Hal ini kembali mengingatkan kita dan terlebih penulis akan tujuan pendidikan yang diatur oleh oleh undang-undang di Indonesia bahwa yang pertama bukanlah mencerdaskan kehidupan bangsa akan tetapi menjadikan peserta didik Indonesia itu beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Mari sama-sama kita renungkan amanat undang-undang ini, sudahkah kita melaksanaknya? Terimakasih.

 

Wednesday, May 3, 2023

JURNAL REFLEKSI (PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN I)

 

Nama Matakuliah

Praktik Pengalaman Lapangan I

Review pengalaman belajar.

Pada Praktik pengalaman lapangan merupakan matakuliah yang ditempuh untuk mengembangkan dan memperkuat kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik profesional di sekolah. Proses mengemban kemampuan mengajar kami sebagai calon guru dengan menerapkan prinsip yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara aitu niteni (mengamati), nirokke (menirukan), dan nambahi (mengembangkan). Pengalaman praktik mahasiswa PPG dirancang sebagai proses perbaikan berkelanjutan melalui format lesson study dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaboratif.

Secara umum, PPL bertujuan agar mahasiswa PPG memiliki pengalaman nyata dan kontekstual dalam menerapkan seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat menunjang tercapainya penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi penguasaan materi bidang studi secara utuh.

  1. Terampil mengidentifikasi karakteristik peserta didik, lingkungan belajar, dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah secara mandiri dan bertanggungjawab
  2. Mampu mengevaluasi secara kritis karakteristik peserta didik, lingkungan belajar, dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah, secara kolaboratif dengan teman sejawat, guru sekolah, kepala sekolah, dan dosen pembimbing
  3. Terampil memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah
  4. Terampil menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang akan dicapai dengan mengadaptasi karakteristik peserta didik, lingkungan belajar serta tahapan belajar yang sesuai dengan karakteristik bidang ilmu dan teknologi yang dilakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat, guru pamong, dan dosen pembimbing)
  5. Terampil melakukan praktik pembelajaran secara terbimbing sesuai dengan RPP yang disusun secara bertanggungjawab dengan mengedepankan nilai etika profesi guru
  6. Terampil melakukan penilaian hasil belajar (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) peserta didik sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian

Asesmen PPL dititik beratkan pada kemampuan mahasiswa dalam berefleksi terhadap praktik pengajarannya. Refleksi bukan sekedar mengingat atau berpikir tentang apa yang telah dilakukan, namun diawali dengan kesadaran dan pemahaman terhadap sebuah problem/dilema dalam pengajaran dan pembelajaran. Kegiatan refleksi diawali dari mengidentifikasi problem/dilema secara kritis dan membuatnya menjadi eksplisit, menganalisis permasalahan, menemukan solusi-solusi secara kreatif, serta melakukan tindak lanjut untuk memperbaiki pembelajaran secara berkesinambungan.

Orientasi PPL I

Mata kuliah sekaligus kegiatan PPL 1 ini diawali dengan kegiatan orientasi yang dilaksanakan di sekolah mitra tempat saya melaksanakan tugas yakni SMA N 3 Gorontalo. Pada kegiatan untuk mengenalkan berbagai hal terkait mendapatkan gambaran umum terkait kondisi sekolah baik dari segi peserta didik, guru dan tenaga pendidik, serta sarana dan prasarana, sekolah, di antaranya manajemen pendidikan yang berlaku di sekolah tersebut, kultur sekolah serta berbagai kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan non akademik lainnya yang diterapkan di sekolah. Kegiatan orientasi dilakukan pada hari pertama dilaksanakannya PPL I di sekolah dan orientasi PPL diberikan oleh Kepala Sekolah atau Penanggungjawab PPL PPG Prajabatan di sekolah.

Adapun kesulitan, hambatan, tantangan dan solusi yang di hadapi pada saat orientasi PPL I

Kesulitan dan Hambatan

  • belum mengenal semua tenaga pengajar 
  • belum mengetahui keadaan dan letak kelas
  • sulit memahami maksud perkataan karena bahasa yang berbeda

Tantangan

  • harus mengenal guru-guru yang ada di sekolah
  • harus pandai berkomunikasi dengan baik
  • harus menghafal letak kelas dan laboratorium yang ada di sekolah

Solusi

  • menyapa guru yang ada di sekolah dan menanyakan nama guru tersebut
  • sering berinteraksi dengan guru dan siswa disekolah
  • sering berjalan-jalan untuk menghafal letak sekolah 

 

Observasi PPL I

Setelah kegiatan orientasi kemudian kami melakukan kegiatan observasi terhadap sekolah, kegiatan ini dipandu dengan lembar-lembar observasi yang telah disediakan pada proses perkuliahan PPL 1 ini dimana untuk mendapatkan data-data yang diperlukan kami melakukan pengamatan secara langsung juga melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yng terlibat seperti kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, tenaga kependidikan, bendahara, guru pamong, OSIS, dan lain sebagainya. Data-data ini kemudian kami tuangkan dalam bentuk satu bentuk laporan hasil observasi sebagai bentuk analisis data mahasiswa terhadap kondisi sekolah. Kegiatan observasi dan sayaan laporan ini penting oleh sebab hal merupakan salah satu semangat yang dibawah pemerintah terhadap program PPG Prajabatan yakni induksi guru pemula yang dinilai merupakan hal yang penting dilakukan oleh seorang guru di sekolah yang baru.

Faktor penghambat pelaksanaan observasi

Dalam pelaksanaan observasi pastinya ada faktor penghambat yaitu dalam memahami lembar observasi karena di dalamnya ada masih ada pertanyaan yang menimbulkan penafsiran ganda.

Faktor pendukung pelaksanaan observasi

·         Komunikasi dengan guru pamong dan dosen pembimbing lapangan baik, sehingga observasi dapat dilakukan dengan baik

·          Sekolah dan guru-guru yang bersangkutan dengan sasaran observasi menerima baik dan membantu kami dalam melaksanakan observasi

·         Kekompakan dan kerja sama dengan teman-teman observer saling membantu dan saling mengingatkan membuat observasi dapat berjalan lancar

Hal baru yang saya pelajari dari observasi PPL I yaitu sebelum melakukan pembelajaran guru harus mengetahui dan mengobeservasi sekolah yang akan ditempati mengajar semaksimal mungkin kondisi yang ada, baik mengenai sarana pembelajarannya ataupun fasilitas yang lain. Saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, yaitu merasakan terjun langsung kedalam dunia kerja, sebagai calon guru profesional dengan mengamati terlebih dahulu karakteristik peserta didik, lingkungan belajarnya, manajemen sekolah, rancangan modul ajar yang digunakan hingga proses pelaksanaan pembelajarannya.

Asistensi Mengajar

Kegiatan selanjutnya daripada rangkaian kegiatan PPL ini ialah kegiatan asistensi mengajar, dimana pada kegiatan ini kami mahasiswa bertugas sebagai asisten teradap guru pamong dalam melakukan pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan ini penting sekaligus bermakna bagi saya oleh karena menjadi asisten pembelajaran yang sekaligus mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pamong saya kemudian mendapatkan gambaran tentang bagaimana melakukan pembelajaran yang baik terutama pada implementasi kurikulum merdeka. Dalam melaksanakan kegiatan asistensi mengajar dengan membantu guru pamong dalam beberapa hal berikut :

·         Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

·         Menyiapkan bahan ajar, media pembelajaran, serta alat evaluasi

·         Melaksanakan pembelajaran di kelas atau diluar kelas, misalnya membantu guru pamong mengatur kelompok belajar

·         Membagikan lembar kerja peserta didik dan mengkoreksi hasil tes peserta idik

Kami melakukan semua kegiatan asistensi mengajar dan membuat dokumentasi kegiatan dan mencatat yang di lakukan pada saat asistensi. Kegiatan terakhir yang dilakukan pada saat setelah asistensi mengajar adalah refleksi dan Menyusun rencana tindak lanjut mengenai yang harus di kerjakan dalam pembelajaran terbimbing

Pembelajaran Terbimbing

Setelah melakukan kegiatan asistensi mengajar, mahasiswa kemudian diberikan kesempatan untuk melakukan pembelajaran di dalam kelas sebagai guru model dengan sistem pembelajaran termbimbing atau dengan bimbingan guru pamong dan dosen pembimbing lapanan (DPL). Menarik dan bermaknanya kegiatan ini oleh karena dilaksanakan dengan menggunakan format lesson study selama tiga siklus. Melalui format lesson study ini, yang dengan tahapan plan do see, proses pembelajaran yang dilakukan oleh saya menjadi lebih terarah dan berorientasi pada perbaikan pembelajaran oleh sebab setiap akhir pembelajaran yang dilakukan oleh saya selalu dilaksanakan kegiatan refleksi baik itu bersama teman sejawat, guru pamong maupun bersama-sama dengan DPL.

Pada tahapan Perencanaan/plan kami menysusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model PBL, media pembelajaran yang akan digunakan seperti PPT dan Video pembelajaran, Bahan Ajar dan Asesmen yang digunakan serta pembagian kelas  

Pada tahapan Pelaksanaan/do, pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pembelajaran dilaksanakan menggunakan model PBL dimana peserta didik di ajak untuk menyelesaikan masalah kontekstual sesuai dengan topik yang dipelajari, proses pembelajaran diamati oleh observer.

Pada tahapan Refleksi/see, kegiatan refleksi dilaksanakan dengan memberikan kesempatan pada guru model dan observer untuk menyampaikan hasil pengamatannya selama proses pembelajaran. Refleksi difokuskan pada pola-pola interaksi antara peserta didik dengan guru, antara sesama peserta didik dan interaksi antara peserta didik dengan media pembelajaran. Refleksi juga dilakukan untuk memberikan saran kepada guru model untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

Refleksi pengalaman belajar yang dipilih

Refleksi

Kegiatan pembelajaran terbimbing dilakukan selama tiga siklus dimana setiap siklus dilaksanakan dengan menggunakan format lesson study. Langkah-langkah lesson study menjadi penting bagi saya oleh sebab setiap tahapannya membantu saya untuk dapat merencanakan dan melaksananakan pembelajaran dengan baik serta selalu berorientasi pada perbaikan pembelajaran. Seperti misalnya pada tahap plan yang diisi dengan kegiatan mahasiswa merancangan rencana pembelajaran yang nantinya, rancangan tersebut akan didiskusikan bersama guru pamong. Kegiatan ini menjadi penting bagi saya, karena melalui kegiatan ini saya belajar banyak tentang tata cara pembuatan perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran, seperti perancangan modul ajar dan LKPD.

Tahapan see atau pelaksanaan juga tak kalah penting oleh sebab pada tahap pelaksanaan ini, saya sebagai guru model kemudian selama pembelajaran dibantu oleh teman sejawat dan guru pamong serta DPL yang berperan sebagai observer terlebih khusus terhadap perilaku peserta didik selama pembelajaran. Hingga akhirnya hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer ini masing-masing akan dituangkan pada kegiatan refleksi yakni tahap see pada lesson study. Tahap ini sangat penting menurut saya oleh karena hasil refleksi yang didapatkan akan menjadi sebuah bahan dasar untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus yang selanjutnya. Dan berdasarkan tahapan-tahapan inilah kemudian saya belajar dan berproses untuk benar-benar menjadi seorang guru

Analisis artefak pembelajaran

Analisis Artefak

Link Artefak

 

Artefak yang saya lampirkan diatas merupakan sebuah perangkat pembelajaran yang dirancang dan digunakan saya pada pelaksanaan pembelajaran terbimbing sikus III yang diantaranya berisi RPP, LKPD, bahan ajar, dan bahan presentasi. Materi yang menjadi bahan dasar penyusunan perangkat tersebut ialah materi determinasi seks. Adapun model pembelajaran yang saya gunakan ialah model pembelajaran problem based learning dengan metode diskusi oleh karena itu dalam proses pembelajarannya peserta didik akan melakukan diskusi  terkait dengan persilangan determinasi seks dengan dipandu oleh petunjuk LKPD yang telah saya susun sebelumnya dan termuat pada LKPD.

Penggunaan model pbl ini merupakan hasil diskusi bersama degan guru pamong, karena pada materi tersebut dibutuhkan diskusi untuk penyelesaian masalah selai itu peseta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

 

 

Pembelajaran bermakna (good practices)

Kegaitan PPL 1 bagi saya merupakan sarana terbaik di dalam perkulian PPG Prajabatan ini untuk mendapatkan sebuah pembelajaran bermakna, oleh sebab kegiatan PPL 1 ini merupakan praktek langsung daripada apa yang selama ini saya dan mahasiswa lain dapatkan pada saat pembelajaran di kampus. Terdapat banyak hal bermakna yang saya dapatkan dari kegiatan PPL 1 ini, selain daripada yang telah saya jelaskan diatass, satu diantaranya ialah; pembuktian hipotesis saya bahwa sarana-prasarana, fasilitas, kepopuleran sekolah, hanyalah merupakan variabel pendukung pembelajaran adapun kunci keberhasilan utamanya ialah bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung di dalam kelas. Hal ini saya kemukakan oleh karena, saya yang sebelumnya pernah menjadi salah seorang guru dengan status tenaga honorer pada salah satu sekolah di daerah asal saya yang sangat terbatas dalam variabel-variabel yang saya sebutkan diatas namun bagi saya kemampuan peserta didiknya tak kalah dengan kemampuan peserta didik yang saya ajarkan di sekolah tempat PPL 1 yang merupakan salah satu sekolah unggulan di daerah tersebut. Hal ini kembali menguatkan sebuah prinsip pendidikan saya yakni bahwa, “bukan tentang dimana kita bersekolah akan tetapi bagaimana kita bersekolah.”

 

JURNAL REFLEKSI (TEKNOLOGI BARU DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN)

 

 

Nama Matakuliah

 teknologi baru dalam pengajaran dan pembelajaran

Review pengalaman belajar.

Topik 1 :

Pengalaman belajar yang penulis dapatkan pada topik pertama mata kuliah teknologi baru dalam pengajaran dan pembelaaran yang membahas tentang perkembangan teknologi, media, dan pembelajaran ialah bagaiaman teknologi dan media ini terus berkembang seiring perkembangan zaman yang dimulai dari masuknya komputer pertama ke sekolah pada tahun 1970-an hingga saat ini. Pada topik ini penulis juga menelaah terkait dengan bagiaman perkembangan teknologi, media dan pembelajaran khsusnya di Indonesia pada saat sebelum dan setelah pandemi covid-19 yang dimana mengalami peningkatan signifikan setelah pandemi dengan pemberlakukan pembelajaran jarak jauh moda daring. Penulis juga membahas terkait dengan perkembagan teknologi, media dan pembelajaran dengan dikorelasikan terhadap karaktertik peserta didiik abad 21 dan generasi alpha yang lebih cenderung aktif dalam penggunaan teknologi dan menyukai pembelajaran yang berbasis IT.

Ø  Perkembangan TIK : pengalaman belajar yang saya dapatkan yaitu saya mengidentifikasi hardware dan software yang sering kita gunakan. Hardware: Laptop, cpu, Keyboard, mouse, monitor, flash disk, modem, printer dan speaker Software: Microsoft Office Word, Excel, PowerPoint, Google Chrome, Mozilla Firefox, Adobe Photoshop, Corel Draw, dan Aplikasi-aplikasi yang terinstal

Ø  Mengekplorasi penggunaan TIK dalam pembelajaran : pengalaman belajar yang saya dapatkan saya mendeskripsikan keampuan dan perangkat teknologi di sekitar saya tinggal yaitu di Polewali Mandar, Sulawesi Barat.  wilayah Polewali Mandar teknologi dan akses internet sudah maju, bahkan pada saya SMA tahun 2013 saya tes masuk menggunakan moodle (e-learning) semua ujian telah berbasis online bahkan kami disekolah dibiasakan menggunakan akses internet dalam pembelajaran mencari materi yang ada di sekolah, guru tidak pernah melarang menggunkan internet untuk keperluan belajar. tugas-tugas bahkan keseharian kami selalu menggunakan akses internet. Namun ini hanya ada di sekolah saya, masih banyak daerah termasuk sekolah yang belum atau masih susah mengakses internet. pada waktu saya KKN berhubung saya KKN masih di wilayah Polman di sana sudah ada akses internet namun dirumah siswa tidak ada jaringan internet, untuk telpon seluler sehingga pada saat pandemi (2020) siswa kewalahan mencari jaringan hingga ke kebun-kebun bahkan hutan demi mendapatkan jaringan. itulah perbedaan yang sangat terlihat pendidikan di kota dan di desa.

Ø  Tahapan dalam mengadopsi dan menggunakan TIK : Terdapat beberapa tahapan dalam mengadopsi dan menggunakan TIK, yang terdiri dari Emerging (Muncul) yaitu sekolah memperkanalkan komputer, Applying (Menerapkan) denga mulai mengadaptasi kurikulum dalam rangka meningkatkan penggunaan TIK pada mata pelajaran yang berbeda,  Infusing (Menanamkan) Penanaman TIK pada semua aspek kehidupan profesional guru dengan cara seperti untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik dan pengelolaan pembelajaranTransforming (Transformasi) membawa guru melalui tingkat menanamkan ke titik di mana TIK adalah alat yang digunakan secara rutin untuk membantu pembelajaran sedemikian rupa sehingga sepenuhnya terintegrasi di semua kelas

Ø  Pemanfaatan Perangkat TIK dalam Pembelajaran Abad ke-21 aplikasi yang saya gunakan dalam belajar dan mengajar yaitu : word, canva, ppt, youtube, capcut, zoom, google meet, moodle dan masih banyak lagi sehingga saya dapat membuat tugas saya ataupun membuat perangkat dan media pembelajaran.

Ø  Dampak TIK di sekolah, pengajaran : dampak TIK di sekolah banyak sekali, yang pertama guru dapat membuat media pembelajaran yang baik, mengimput nilai dengan cepat, memperoleh bahan ajar, memudahkan dalam tes/ujian sudah tidak menggunakan kertas, siswa juga dapat memperoleh materi-materi yang beragam tidak terpaku dengan buku saja.

Ø  Istilah-istilah baru yang saya pernah mendengar istilah isilah TIK yaitu : 1) internet of Things (IoT) Penghubungan Perangkat Elektronik dengan akses internet 2) Big data Sekumpulan data yang memiliki volume atau ukuran yang sangat besar yang terdiri dari data yang terstruktur. 3) Cyber security adalah suatu aktivitas yang dilakukan agar bisa melindungi sistem komputer terhadap berbagai serangan ataupun akses yang ilegal. 4) Augmented Reality (AR) adalah teknologi yang memperoleh penggabungan secara real-time terhadap digital konten yang dibuat oleh komputer dengan dunia nyata. 5) Virtual Reality (VR) adalah suatu teknologi yang memungkinkan seseorang dapat melakukan simulasi dengan menghadirkan visual dan suasana tiga dimensi

 

Topik 2 :

Topik yang kedua membahas tentang lingkungan belajar abad-21. Salah satu pangalaman belajar bermakna yang penulis dapatkan daripada pembehasaan opik ini ialah bagaimana lingkungan belajar pada era ini menghendaki terwujudnya guru dan peserta didik digital. Guru dan pesarta didik gigital disini yang dimaksudkan adalah bagaiamana di dalam pembelajaran diintegrasikan penggunaan teknologi dan media. Adapun media disini diklasifikasikan menjadi media berbentuk, teks, audio, visual, dan video. Selanjutnya dalam proses pembelajaran topik ini pula penulis diajak untuk mengidentifikasai teknologi, dan media yang dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran yang salah satunya ialah teknologi LCD-komputer yang dapat digunakan untuk menjadikan bahan presentasi dari media powerpoint.

 

Topik 3 :

Pengalaman belajar dan bermakna yang penulis peroleh daripada topik ketiga yang membahas tentang teknologi dan media untuk pembelajaran yang pertama ialah terkait dengan prinsip penggunaan teknologi yang efektif di dalam pembelajaran yang dimana salah satunya dapat dilakukan dengan guru bukan hanya menggunakan teknologi dan media akan tetapi juga membimbing peserta didik untuk dapat menggunakan atau memanfaatkan alat-alat tersebut seperti dalam hal pengumpulan informasi. Pengalaman belajar bermakna kedua yang penulis dapatkan ialah perihal model ASSURE yang merupakan langkah yang digunakan untuk memastikan pembelajaran berlangsung efektif yang terdiri atas Analyze (menganalisis peserta didik), State standards (merumuskan standard dan tujuan pembelajaran), Select Strategies and reseources (memilih strategi dan sumber belajar), Utilize resources (memanfaatkan sumber daya), Require learner participation (partisipasi peserta didik dalam pembelajaran), dan Evaluate and revisi (menilai dan merevisi pembelajaran).

 

Topik 4 :

Pemanfaatan perangkat digital, merupakan pokok bahasan pada topik keempat mata kuliah ini. Pengalaman belajar yang penulis dapatkan daripada proses pembelajaran topik ini berupa pemahaman bahwa pemanfaatan perangkat digital di dalam pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk aktif serta memperkaya pengaksesan informasi bagi peserta didik. Selain itu pengalam lainnya yang penulis temui pada topik ini ialah diskusi bersama kelompok teerkait dengan pernyataan bahwa teknologi bukanlah merupakan obat manjur untuk mengatasi masalah pendidikan yang mendapatkan kesimpulan bahwa hal ini disebabkan oleh karena masalah pendidika merupakan sebuah masalah kompleks yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan memperbaiki satau memanfaatkan salah satu variabel saja namun setidaknya pemanfaat teknologi di dalam pembelajaran dapat menjadi salah satu langkah progresif guna penyelesaian masalah tersebut. Terakhir pengalaman bermakna yang penulis perloleh ialah bagaimana merancangan pembelajaran yang mengintegrasikan penggunaaan perangkat digital di dalam prosesnya. Dimana penulis merancangan pembelajaran fisika dengan memanfaatkan media phet sebagai praktikum virtual yang diakses menggunakan komputer/laptop.

 

Topik 5 :

Topik kelima membahas tentang perangkat web dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang penulis dapatkan selama proses pembelajaran topik ini diantaranya adalah pengetahuan akan jenis-jenis web yang dapat digunakan di dalam pembelajarannya diantaranya ialah youtube, Wikipedia, facebook, teitter, instagram, dan yang paling bermakna bagi penulis ialah pengetahuan akan penggunaan web quiziz yakni sebuah web yang bisanya di gunkan untuk membuat kuis secara online. Selain daripada itu hal bermakna lainnya yang penulis peroleh dari pada pembelajaran pada topik ini ialah bagaimana membuat sebuah video pembelajaran yang pada akhirnya penulis mampu untuk membuat dua video pembelajaran terkait dengan materi fisika.

 

Topik 6 :

Pengalaman belajar dan bermakan yang penulis peroleh dari topik keenam pembelajaran mata kuliah ini yang terkait dengan pembelajaran jarak jauh selain daripada strategi dan media yang dapat digunakan ialah dalam pengimplementasianya seperti zoom, media sosial dll, yang paling utama ialah bagaimana menyusun sebuah rancangan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh pada mata pelajaran yang penulis ampuh yakni mata pelajaran fisika.

 

Topik 7 :

Topik ketujuh sekaligus topik yang terakhir dari pembelajaran mata kuliah teknologi baru dalam pengajaran dan pembelajaran membahas tentang meningkatkan pembelajaran multimedia. Pengalaman belajar yang penulis dapakan dari proses pembelajaran topik ini diantaranya adalah salah satu fugnsi multimedia yang dapat mengkonstualkan hal-hal yang abstrak di dalam materi pelajaran agar peserta didik dapat secara langsung memiliki pengalaman terhadap materi tersebut. Adapun salah satu bentuk pemanfaatan multimedia dengan fungsi tersebut ialah lab virtual. Hal lain yang penulis dapatkan dari proses pembelajaran topik ini ialah terkait dengan literasi visual yang dimana merupakan kemampuan pengamatan seseorang terhadap hal-hal yang berbentuk visual seperti video. Dari pengalaman ini penulis memahami bahwa video dapa menjadi salah media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemapuan inkuiri peserta didik.

 

Refleksi pengalaman belajar yang dipilih

Refleksi

Refleksi Topik 3

 

Kajian yang tak kalah penting daripada pembahasan tentang teknologi, media, dan pembelajaran menurut hemat penulis ialah terikait bagaiamana penggunaan teknologi, dan media di dalam pembelajaran mampu untuk dapat dimanfaatkan secara efektif. Untuk itu pula bagi penulis topik ketiga dari perkuliahan ini terkait dengan pembahasan teknologi dan media dalam pembelajaran khususnya pengunaan teknologi secara efektif di dalam pembelajaran yang dapat dilakukan dengan menggunakan model ASSURE merupakan topik yang penting oleh sebab dengan mengetahui model ini penulis dapat mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan agar penggunan atau pemanfaatan teknologi di dalam pembelajaran, fisika khususnya dapat berlangsung secara efektif. Adapun langkah yang penulis lakukan dalam mempelajari dan memperdalan pengetahuan terhadap model ASSURE ini ialah dengan membaca literasi terkait model tersebut pada halaman yang tersedia di eksloprasi konsep pembahsan topik ketika juga dengan mencari informasi lain dari sumber-sumber yang relevan. Hal ini penting dalam pematangan pemahaman penulis terhadap model ASSURE oleh sebab melalui kegiatan literasi mandiri ini penulis dapat memahami sintaks-sintaks yang perlu dilalui dalam pengaplikasian model ini yang tertuang didalam salah satu tugas perkuliahan penulis.

 

 

Analisis artefak pembelajaran

Analisis Artefak

Link Artefak

 

Artefak yang dilampirkan berupa gambar infografis penerapan model ASSURE pada pemanfaatan teknologi di mata pelajar fisika. Pada tahap Analyze Learners, analisis yang dilakukan penulis terhadap penulis ialah dengan memanfaatkan hasil tes diagnostik. Tahap State standards, ialah tahap dimana penulis merumuskan tujuan pembelajaran dimana pencapaiannya dilakukan dengan penggunaan media Phet yakni sebuah lab virtual. Selanjutnya pada tahap Select Strategies and reseources, atau pemilihan strategi penulis, menggunakan model pembelajaran inquiri hal ini oleh karena menurut hemat penulis model ini cocok untuk dipadankan dengan kegiatan praktikum. Utilize resources, penulis memanfaatkan handphone yang hampir semuanya dimiliki oleh peserta didik untuk dijadikan sebagai perangkat teknologi dalam memnggunakan media phet. Pada tahap Require learner participation, untuk menggiring peserta didik berpartisipasi dalam pembelajaran, penulis menyusun sebuah Lembar Kerja Peserta didik atau LKPD yang didalmanya juga berisi panduan untuk melaksanakan kegiatan praktikum. Evaluate and revisi atau tahap evaluasi pelaksanaan, penulis mendaptkan hasil bahwa tidak semua tipe handphone dapat dengan lancar menggunakan aplikasi phet, sehingga hasil ini akan menjadi bahan untuk melakukan revisi pelaksanaan model ASSURE.

 

Pembelajaran bermakna (good practices)

Pembelajaran bermakna yang penulis dapatkan daripada proses perkulihan mata kuliah teknologi baru dalam pengajaran dan pembelajaran ini diantaranya adalah penulis mampu untuk memanfaatkan teknologi dan media di dalam pembelajaran yang implentasinya penulis lakukan pada kegiatan pemebelajaran di sekolah tempat penulis melakukan praktek pengalaman lapangan. Pembelajaran bermakna lainnya ialah penulis mampu untuk dapat membuat sebuah video pembelajaran yang sebelum daripada perkuliahan ini, penulis menilai tidak punya kompetensi dalam hal pembuatan video. Penulis juga berkenalan dan kemudian dapat mengoperasikan situs-situs web yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran yang diantaranya ialah canva dan quiziz. Pada akhirnya pembelajaran bermakan yang penulis peroleh ialah untuk menjadi guru yang benar-benar professional sikap untuk mau belajar perlu terus ditanamkan terhadap insan seorang guru guna peningkaan kualitas pembelajaran yang salah satunya adalah belajar untuk dapat meanfaatkan teknologi dan media di dalam pembelajaran.

 

MODUL AJAR IPA KELAS VIII

PDF